Sumber lain mengatakan, wanita itu menghasilkan 2.000 dollar AS (Rp29 juta) per penerbangan, dengan total 900.000 dollar AS (Rp13 miliar) dalam waktu 2 tahun.
Berbicara pada Daily Mail, Antoine Michelat, yang berpengetahuan luas di industri penerbangan, meanggapi hal itu
"Pramugari selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi penumpangnya," katanya.
"Sementara beberapa pramugari tidak melewati garis merah, yang lain melihat ini sebagai cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan," tambahnya.
"900.000 dollar AS (Rp13 miliar) adalah uang yang banyak, tidak jelas apakah dia menghasilkan sebanyak itu dalam 2 tahun atau tidak. Saya kira itu tergantung penumpang dan seberapa kaya mereka," kata Michelat.
Insiden itu terjadi pada 2015 tetapi baru-baru ini dipublikasikan oleh situs web Tiongkok.
Mengomentari cerita di atas, seorang netizen Tiongkok berkomentar, "Sekarang saya tahu kenapa ketika pesawat memasuki area gangguan, pramugari diminta duduk diam dan memakai sabuk pengaman."