Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Tsania Marwa curhat pada Maia Estianty perihal polemik hak asuh anak di antara dirinya dan Atalarik Syah.
Namun, Atalarik Syah tidak ada itikad baik untuk menyerahkan anak-anaknya pada Tsania Marwa, meski mantan istrinya tersebut memenangkan hak asuh anak secara hukum.
Tsania Marwa, tim Pengadilan Agama Cibinong dan pihak kepolisian gagal dalam melakukan eksekusi hak asuh anak di kediaman Atalarik Syah, pada Kamis (29/4/2021) lalu.
Eksekusi tersebut berujung gagal karena sang anak mengunci diri di kamar dan mengira akan diculik ibunya sendiri.
Menanggapi hal ini, Maia Estianty menegaskan bahwa anak bukanlah layaknya benda yang diperebutkan.
"Alasannya gini, anak itu bukan barang, punya jiwa, punya psikologi. Aku pernah alamin ini, anak itu bukan barang, jadi jangan dibuat rebutan, lebih baik ngalah aja," ungkap Maia Estianty saat dikutip Grid.ID di YouTube MAIA ALELDUL TV, Jumat (7/5/2021).
Pasalnya, berdasarkan pengalamannya, menang hak asuh anak secara hukum tak membuat pihak yang kalah takut atau menjalani aturan hukum untuk menyerahkan sang anak.
"Ya keputusan itu dianggap kertas yang tidak ada angkernya, tidak ada wibawanya, tidak ada akibat kalau dia tidak dia serahkan," jelas Maia Estianty.
Tsania Marwa pun membenarkan ucapan Maia Estianty dan menceritakan proses panjang dirinya ingin anak-anaknya ikut dirinya.
"Bener Bunda bilang itu, aku sekarang jadi kayak aku berjuang nggak sebentar sampai dapat hak asuh, aku gugat di 2019," ungkap Tsania Marwa.
"Putusan awal aku cuma dapat Shabira, bapaknya banding, dua-duanya malah ke aku, kasasi masih di aku karena kasasi ditolak."
"Jadi kalau memang sekarang dibilang cuma karena maunya anak, berarti nggak ada poinnya dong, aku dari awal memperjuangkan sidang ini," papar Tsania Marwa.
Baca Juga: Tegaskan Tak Akan Larang Atalarik Syah Temui Anaknya, Tsania Marwa: Nggak Usah Berusaha Disingkirin
Di samping itu, Tsania Marwa merasa anak-anaknya butuh sosok seorang ibu dalam kehidupan mereka.
"Ya kalau Bunda bilang eksekusi mementingkan psikologi anak, sekarang bisa tanggung jawab nggak kalau anak itu besar tanpa ibu jadi lebih baik," tutup Tsania Marwa.
(*)