Find Us On Social Media :

Stop Kebiasaan Membohongi Anak Kecil Mulai Sekarang! Ahli Sebut Bisa Berakibat Fatal untuk Psikologis Masa Depan Buah Hati

By Devi Agustiana, Sabtu, 15 Mei 2021 | 10:30 WIB

Ternyata kebiasaan membohongi anak untuk sekadar menenangkannya justru berakibat fatal bagi masa depan si kecil.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Ketika anak-anak ngotot untuk pergi ke taman bermain atau ketika mereka menginginkan sesuatu yang tidak baik, orangtua tidak ragu untuk mengatakan kebohongan kecil agar menenangkannya.

Ini adalah salah satu cara termudah untuk menangani permintaan buah hati.

Tetapi, jika orang tua sering menggunakan kebohongan untuk mengatasi amukan anak, maka harus memikirkannya dengan matang.

Hal itu karena mungkin berdampak mendalam pada masa sekarang dan masa depan anak, loh.

Peneliti menjelaskan bagaimana berbohong kepada anak bisa sangat berbahaya untuk masa depan si kecil.

Dilansir Grid.ID dari Times of India, kebohongan kecil tampaknya tidak berbahaya dan mungkin terasa tidak ada salahnya.

Namun demikian, sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di Singapura mengungkapkan bahwa bersikap sedikit tidak jujur ​​terhadap anak-anak dapat berdampak buruk.

Baca Juga: Putri Titian Ajarkan Putranya Berkebun, Manfaatnya Bisa Melatih Kesabaran dan Tanggungjawab Anak

Penjelasan mungkin bisa meyakinkan anak untuk sementara waktu, tetapi berdampak negatif jangka panjang.

Anak akan lebih cenderung berbohong ketika dewasa, bahkan mungkin mengalami kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.

Dalam studi yang dilakukan pada 379 orang dewasa muda Singapura, terungkap bahwa partisipan yang dibohongi saat masih anak-anak lebih cenderung menyembunyikan sesuatu dari orangtua mereka saat dewasa.

Selain itu, mereka tumbuh menjadi lebih egois dan mengalami lebih banyak rasa bersalah dan malu.

Mereka kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.

Para peneliti menarik kesimpulan ini setelah melakukan studi mendetail, di mana para partisipan diminta untuk mengisi empat kuesioner secara online.

Yang pertama, mereka diminta untuk mengingat apakah orang tua pernah mengatakan kebohongan terkait makan, kenakalan anak-anak, dan pengeluaran uang ketika masih kecil.

Baca Juga: 5 Langkah Mudah Melatih Perhatian dan Fokus Anak, Orangtua Milenial Wajib Tahu!

Kuesioner kedua meminta peserta untuk mengingat seberapa sering mereka berbohong kepada orangtua sebagai orang dewasa, terkait dengan aktivitas, tindakan atau melebih-lebihkan suatu peristiwa.

Dalam dua kuesioner terakhir, partisipan harus mengisi untuk mengukur kesulitan psikososial yang melaporkan kecenderungan untuk berperilaku egois dan impulsif.

Bagaimana hasilnya?

Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa orang tua yang berbohong kepada anak, menempatkan anak pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan beberapa masalah perilaku seperti agresi, pelanggaran aturan, dan perilaku mengganggu.

Namun, ada beberapa batasan dalam penelitian ini, seperti hanya mengandalkan versi dewasa muda tentang pengalaman pribadi kebohongan orang tuanya.

Masih diperlukan lebih banyak penelitian dari orang tua yang dapat dipertimbangkan.

Bagaimana langkah terbaik untuk sekadar menenangkan anak tanpa berbohong?

Baca Juga: Anak Chelsea Olivia Mengalami Fase Mengemut Makanan, Ini yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Mengatasinya

Alih-alih berbohong kepada anak-anak, ketika terjebak dalam situasi yang sulit cobalah untuk menjelaskan situasinya dengan memberi alasan yang benar.

Ketika mencoba menenangkan anak dengan memberikan alasan yang sah dan bukan berbohong, itu akan membuat anak lebih reseptif.

Anak-anak mungkin tidak selalu senang jawabanmu dan sedikit protes, tetapi ini akan mengajari kejujuran dan anak akan mempraktikkannya bahkan ketika dewasa.

(*)