Grid.ID- Kantor berita Associated Press (AP) dan Al Jazeera di Jala Tower, Gaza ikut hancur diledakkan Israel.
Sejumlah penghuni Jala Tower, Gaza pun menceritakan detik-detik menegangkan evakuasi sebelum bangunan itu kena serangan udara Israel.
Menurut penghuni Jala Tower, Gaza, bernama Youma Al Sayed, orang-orang hanya memiliki waktu kurang dari satu jam untuk sampai ke tempat aman.
Namun hanya ada satu lift yang berfungsi di Jala Tower, gedung 13 lantai (ada juga yang menyebut 11 lantai) di Gaza yang menampung sekitar 60 apartemen hunian dan sejumlah kantor.
Al Sayed yang merupakan jurnalis lepas Palestina lalu bergegas ke tangga.
"Kami membiarkan lift untuk orangtua dan anak-anak agar dievakuasi. Dan siapa pun yang bisa membantu anak-anak agar menurunkan mereka."
"Saya sendiri membantu dua anak penghuni di sana dan saya membawa mereka ke bawah - semua orang berlari cepat," terangnya dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu (15/5/2021) setelah gedung Al Jazeera meledak.
Pukul 15.12 sore waktu setempat serangan pertama Israel datang, dan lima menit kemudian Jala Tower sudah rata dengan tanah setelah dihantam tiga rudal. Belum ada laporan tentang korban jiwa.
Tambahan waktu ditolak
Beberapa saat sebelumnya tentara Israel yang telah membombardir Gaza selama enam hari beruntun, memperingatkan melalui telepon bahwa penghuni hanya memiliki waktu satu jam untuk mengosongkan gedung sebelum diserang jet tempur.
"Beri saya waktu 15 menit," seorang jurnalis AP memohon di telepon ke petugas intel Israel di telepon.
"Kami punya banyak peralatan, termasuk kamera, dan lain-lain. Saya bisa mengeluarkan semuanya," imbuhnya dari luar gedung.
Jawad Mahdi pemilik Jala Tower juga mencoba mengulur waktu.
"Yang saya minta adalah membiarkan empat orang... masuk ke dalam dan mengambil kamera mereka," katanya kepada petugas itu.
"Kami menghormati keinginan Anda, kami tidak akan melakukannya jika Anda tidak mengizinkannya, tetapi beri kami 10 menit."
"Tidak akan ada 10 menit," jawab petugas itu.
"Tidak ada yang diizinkan memasuki gedung, kami sudah memberi Anda waktu satu jam untuk evakuasi."
Ketika permintaannya ditolak, Mahdi berkata: "Anda sudah menghancurkan pekerjaan hidup kami, kenangan, kehidupan. Saya akan menutup telepon, melakukan apa yang Anda inginkan. Tuhan itu ada."
Israel berdalih ada kepentingan militer intelijen Hamas di gedung itu, dan menuduh kelompok yang mengelola wilayah tersebut menggunakan jurnalis sebagai tameng manusia.
Namun, tidak ada bukti yang mendukung klaim Israel itu.
"Saya sudah bekerja di kantor ini selama lebih dari 10 tahun dan saya tidak pernah melihat sesuatu (yang mencurigakan)," kata jurnalis Al Jazeera Safwat Al Kahlout.
"Saya bahkan bertanya ke rekan-rekan saya apa mereka melihat sesuatu yang mencurigakan, dan mereka semua menegaskan ke saya mereka tidak pernah melihat aspek militer atau prajurit keluar masuk."
Gary Pruitt presiden dan CEO AP juga berkata, "Saya beritahu Anda bahwa kami sudah di gedung itu selama sekitar 15 tahun untuk biro kami. Kami jelas tidak merasa Hamas ada di sana."
Jala Tower dibangun pada pertengahan 1990-an dan merupakan salah satu gedung tertinggi di Gaza.
Insiden gedung Al Jazeera meledak ini secara luas dipandang sebagai upaya membungkam wartawan yang meliput serangan Israel.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Beri Kami 10 Menit", Detik-detik Menegangkan Sebelum Israel Ledakkan Gedung Al Jazeera"