Grid.ID - Sempat bergabung menjadi salah satu provinsi Indonesia, Timor Leste akhirnya mendapatkan kemerdekaannya di tahun 1999.
Kurang lebih 3 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2002 setelah referendum PBB, Timor Leste resmi menjadi sebuah negara.
Sebelum resmi lepas dari Indonesia, terjadi pemberontakan oleh misili Timor Leste yang dikenal sebagai Fretilin.
Melansir UCA NEws, ada 344.580 orang sekitar 78,5 persen menginginkan kemerdekaan Timor Leste.
Namun nyatanya ada sekitar 21,5 persen atau sekitar 94.388 orang memilih tetap bersama Indonesia.
Lantas bagaimana nasib mereka yang memilih tetap bersama Indonesia, sementara Timor Leste merdeka?
Banyak di antara mereka yang pulang kampung setelah repatriasi, tetapi lebih banyak yang memilih tinggal di Nusa Tenggara Timur.
Sekretariat Pencegahan Bencana dan Pengungsi Nusa Tenggara Timur mencatat pada tahun 2005 terdapat sekitar 104.436 pengungsi, dengan 70.453 orang tinggal di Kabupaten Belu, 11.176 di Timor Tengah Utara dan 11.360 di Kabupaten Kupang.
Sebagian besar hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki tanah meskipun banyak uang dialokasikan untuk proses pemukiman kembali mereka selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-14).
"Birokrasi terlalu banyak dan kami tidak benar-benar merasakan efektivitasnya," kata Matius Alves, 40, warga Timor Leste lainnya.