Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID- Seorang anak di Gaza, Palestina tertimbun reruntuhan puing-puing rumah yang hancur selama tujuh jam akibat rentetan serangan udara Israel.
Anak tersebut bernama Suzy Ishkontana. Selama berjam-jam, ia terkubur dalam reruntuhan saat saudara dan ibunya meninggal tak jauh darinya.
Syukurnya, Suzy Ishkontana berhasil diselamatkan. Hanya saja, ia mengalami trauma.
Anak berusia 7 tahun itu hampir tak berbicara atau makan selama dua hari sejak diangkat dari reruntuhan puing rumah keluarganya.
Ayah Suzy, Riad Ishkontana juga sempat tertimbun selama lima jam di bawah reruntuhan, terjepit di bawah sebongkah beton, dan tidak dapat menjaungkau istri serta kelima anaknya.
"Saya mendengarkan suara mereka di bawah reruntuhan. Saya mendengar Dana dan Zain memanggil,'Ayah! Ayah!'"
"Sebelum suara mereka memudar dan kemudian saya menyadari mereka telah meninggal," kata Raid, dikutip dari News18.com, Rabu (19/5/2021).
Setelah dirinya diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit, keluarga dan staf menyembunyikan kematian anak istrinya dari Riad.
"Saya tahu soal kematian mereka satu demi satu," ucapnya.
Satu-satunya anak Riad yang selamat hanyalah Suzy. Ia adalah anak kedua dari lima bersaudara.
Menurut dokter anak, Zuhair Al-jaro, meskipun Suzy hanya mengalami memar fisik akibat tertimbun di bawah reruntuhan selama 7 jam, gadis itu mengalami trauma dan syok parah.
"Dia mengalami depresi berat," katanya.
Suzy baru mau makan sesuatu setelah diizinkan keluar sebentar di luar rumah sakit dan melihat sepupunya.
Saat ayah berbincang dengan awak media, Suzy duduk di ranjang di sebelahnya.
Ia diam dan mengamati wajah orang-orang di ruangan itu tetapi jarang melakukan kontak mata.
Ketika ditanya apa yang ia inginkan saat besar nanti, ia hanya memalingkan muka.
Saat ayahnya menjawab bahwa putrinya ingin menjadi seorang dokter, Suzy mulai terisak-isak dengan keras.
Ishkontana, yang baru-baru ini berhenti bekerja sebagai pelayan akibat pandemi Covid-19, mengatakan Suzy cerdas dan paham teknologi serta menyukai smartphone dan tablet.
"Dia menjelajahinya, dia memiliki lebih banyak pengalaman berurusan dengan gawai daripada saya," katanya.
"Dia juga suka belajar dan akan mengumpulkan semua saudara kandungnya ke dalam sebuah "kelas" permainan, lalu berperan sebagai guru mereka," lanjutnya.
Sementara itu, sejauh ini, konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sudah menewaskan 217 orang dari pihak Palestina, termasuk 63 anak-anak. Sedangkan Israel kehilangan 12 warganya.
Tidaknya hanya kehilangan nyawa, anak-anak juga mengalami trauma akibat konflik panjang Israel dan Palestina.
(*)