Kondisi ini merupakan bagian dari psikosis yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari genetika, trauma, penggunaan zat terlarang, penyakit fisik, cedera atau kondisi kesehatan mental.
“Psikosis bisa terlihat berbeda bagi banyak orang,” kata Chantel Garrett, pendiri Partners for StrongMinds (P4SM).
"Tetapi, di awal perkembangan psikosis, seseorang cenderung menarik diri dari keluarga dan jaringan sosialnya."
Selain itu, melansir Web MD via Kompas.com, jika kondisi ini tidak dapat ditangani dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan dua gejala umum, yaitu:
Halusinasi, di mana penderitanya mungkin mendengar suara-suara, melihat hal-hal yang tidak ada, atau merasa sensasi tertentu di kulitnya seolah-olah ada yang menyentuhnya.
Delusi, yang merupakan keyakinan yang salah bahwa seseorang menolak untuk menyerah meski dihadapkan dengan fakta.
Biasanya, orang yang mengalami psychotic break juga mengalami kesulitan tidur dan kesulitan memahami perkataan seseorang.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti penyebab kondisi psychotic break ini, namun dapat diyakini bahwa stres adalah salah satunya.
Stres yang berlebih diketahui dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental hingga seseorang kesulitan memahami kenyataan.
(*)