Padahal menurut Yuki Kato, tolak ukur tidak melulu soal penampilan fisik saja.
“Orang nyangkanya, oh kalau anak blasteran lebih cakep, tapi kan enggak melulu soal fisik,” lanjutnya.
Anak blasteran memiliki beban untuk menunjukan dua budaya dari orang tuanya.
Bagi Yuki Kato, jika seorang anak dengan darah blasteran wajib mampu mewakili budaya kedua orang tuanya.
“Kalau kita enggak bisa merepresentasikan budaya dari kedua orang tua kita ya buat apa, kalau dibilang privilege, enggak ah,” tutupnya.
(*)