Konsep ini bukanlah sesuatu yang unik di China. Kebanyakan negara berkembang di dunia, bisa dikatakan memiliki generasi terdahulu (generasi boomer).
Tapi perbedaan utamanya, bahwa di China, ada "masa emas" yang terlewati dengan cepat dan itu masih segar dalam ingatan orang-orang.
Artinya, generasi muda seperti Sun Ke telah menyaksikan kesuksesan orang tua mereka - melihat mereka membangun kesuksesan sendiri dari nol.
"Orang tua atau tetangga satu angkatan yang lebih tua 10 tahun dari mereka bisa meraup keuntungan sebanyak itu hanya dengan masuk ke dalam bisnis ini, tapi sekarang jendela sudah tertutup."
"Mereka tak punya kemungkinan itu lagi," kata Dr Fang Xu dari Universitas California, Berkeley.
Frustasi terhadap orang kaya
China saat ini menjadi negara yang berisi orang-orang kaya terbesar kedua di dunia.
Tapi juga rumah bagi sekitar 600 juta orang yang memiliki pendapatan bulanan sekitar 1.000 yuan atau Rp 2,1 juta.
Kesenjangan yang besar ini telah meningkatkan kebencian anak muda terhadap bos mereka.
Dan ada perasaan yang berkembang di antara anak-anak muda, bahwa perjuangan mereka tidak dipahami oleh mereka yang berada di atas.
Su Mang, seorang wirausaha dan mantan pemimpin redaksi Harper's Bazaar edisi China telah mendapat reaksi keras setelah dia mengatakan bahwa involusi adalah "jurang antara keinginan dan kemalasan". Dia kemudian meminta maaf, tapi dampaknya sudah meluas.