Kasur saat ia menghebuskan napas terakhir pada 2008 pun masih ada dan tertata rapi dengan seprai bergambar bunga.
Di samping tempat tidur ada sebuah kursi, meja, dan lemari berwarna cokelat.
Menurut Clift Sangra, saat terbaring lemah, Suzanna enggan dirawat di rumah sakit karena merasa bosan.
“Ini jadi aku gantung infus di situ, bunda (Suzanna) diinfus di sini. Nggak mau di rumah sakit lagi sudah bosan di rumah sakit minta diinfus di rumah, ya aku infus di rumah,” jelas pria kelahiran 25 Desember 1965 itu.
Ia pun masih ingat betul detik-detik sang istri wafat di dekatnya.
Sampai mendiang Suzanna menyampaikan dua amanah.
“Meninggalnya di sini, kepalanya di sana. Aku lagi nonton TV, bunda teriak ‘Pah sini’. Dikasih dua amanah,” jelasnya.
Adapun pesan yang dikatakan Suzanna adalah menjadikan anak angkatnya seorang tentara dan menyuruh Clift Sangra untuk menikah lagi agar memiliki keturunan.
Saat ditanya oleh Ivan Gunawan mengapa masih mempertahankan kamar Suzanna, hal ini untuk mengormati istrinya tersebut.
“Untuk menghormati bunda, tetep kamarnya kepunyaan bunda. Masih (seprai) bunda,” jawab Clift Sangra.
(*)