Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Temper tantrum adalah sebuah ledakan emosi yang sering terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.
Saat mengalami hal ini, tak jarang anak menangis, berteriak, meronta-ronta, hingga melempar barang.
Penyebabnya pun beragam, namun biasanya karena anak merasa frustasi, lelah, stress atau lapar.
Melansir Kompas.com, bisa jadi penyebabnya adalah karena anak ingin mencari perhatian, mendapatkan ataupun menghindari sesuatu.
Meski orangtua seringkali kewalahan menghadapi anak tantrum, ternyata tantrum memiliki manfaat tersendiri untuk perkembangan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya orangtua jangan sampai memarahi anak ketika anak sedang tantrum.
Seperti yang dikutip dari Nova.id, berikut adalah manfaat tantrum pada anak yang berkaitan dengan perkembangan psikologisnya.
Baca Juga: Asupan Gizi Anaknya Tak Seimbang, Putri Titian Sempat Kebingungan Hadapi Iori Tantrum
Belajar menghadapi situasi mengecewakan
Orangtua harus membuat batasan yang tegas pada anak, termasuk melarang anak melakukan hal-hal yang tidak baik.
Saat dilarang, anak pasti akan merasa kecewa hingga akhirnya tantrum.
Namun hal ini mengajarkan bahwa ada beberapa hal yang tak sejalan dengan apa yang diinginkan anak sehingga mereka belajar untuk mengatasi kemarahan dan kekecewaannya.
Merasa aman membagikan emosi yang dirasakan
Ketika anak tantrum, orangtua sebaiknya tidak memaksa anak untuk berhenti, memarahi, ataupun menghukum mereka.
Hal ini lantaran, anak yang tantrum di depan orangtua artinya mereka merasa aman mengungkapkan perasaan atau emosi mereka.
Membantu menghilangkan stress
Anak yang marah dan menangis saat tantrum sebenarnya sedang menyalurkan stress dan kecemasannya.
Tentunya ini hal yang baik untuk anak karena memendam emosi akan membuat anak sulit tidur yang memicu gangguan kesehatan lainnya.
Meningkatkan proses belajar
Saat anak tantrum, mereka sedang belajar menghadapi masalah yang belum mereka temui atau alami sebelumnya.
Setelah anak selesai menangis, mereka pun akan mencoba menyelesaikan masalah dengan tekad yang baru.
Mekanisme pengaturan emosi seumur hidup
Karena masih kecil dan belum tahu bagaimana cara mengontrol emosinya, wajar jika anak menghadapinya dengan menangis dan marah.
Namun seiring bertambahnya usia, mereka akan menyadari bahwa kemarahan dan kekecewaan bisa dihadapi dengan berbicara.
Untuk itu mereka membutuhkan peran orangtua untuk membantunya berkembang dalam mengatur emosinya.
(*)