Find Us On Social Media :

Pengalaman Terpapar Covid-19, Ben Kasyafani Bagikan Tips Isolasi Mandiri

By Sheila Respati, Sabtu, 3 Juli 2021 | 20:02 WIB

Ben Kasyafani saat Grid.ID jumpai di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2020).

Grid.ID – Tingginya lonjakan kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 membuat akses untuk memperoleh perawatan di rumah sakit menjadi semakin sulit. Hal ini disebabkan oleh tingginya bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit.

Tak sedikit pasien terkonfirmasi positif dengan gejala ringan memilih untuk memulihkan kesehatan di rumah. Namun, banyak juga pasien yang tidak tahu apa yang harus dilakukan saat isolasi mandiri.

Aktor sekaligus presenter Ben Kasyafani membagikan pengalamannya melakukan isolasi mandiri. Untuk diketahui, Ben diberitakan terpapar Covid-19 pada November 2020.

Ben terpapar ketika tengah syuting sebuah sinetron. Ia mengaku, saat itu tubuhnya sedang tidak fit sehingga mudah sakit.

Ben menceritakan, saat hasil tes swab PCR menyatakan dirinya positif Covid-19, anak dan istrinya pun langsung melakukan tes yang sama. Bersyukurnya, hasil tes istri dan sang buah hati negatif.  Ben pun langsung memisahkan diri dengan mereka.

“Saat itu, anak dan istri saya dites negatif sehingga kami memisahkan diri,” kata Ben dalam webinar Dialog Produktif yang diselenggarakan KPC PEN dan disiarkan FMB9ID_IKP, menurut rilis yang diterima Grid.ID, Sabtu (3/7/2021).

Baca Juga: Super Gampang, Ini Resep Bubur Kacang Hijau Tanpa Santan yang Cocok Jadi Camilan Pasien Covid-19

Ben mengungkapkan, secara total ia melakukan isolasi mandiri di dalam kamarnya selama 20 hari. Salah satu kunci untuk cepat sembuh, kata Ben, adalah berpikir positif.

“Bagi yang menjalani isolasi mandiri, kita harus terus berpikir positif. Energi kita harus fokus untuk  mencari solusi dari pandemi ini,” ujarnya.

Ia mengatakan, pasien Covid-19 sebaiknya mengerahkan energinya untuk kesembuhan. Selain itu, pasien diminta hati-hati dalam menerima informasi mengenai Covid-19. Sebaiknya, pasien memastikan kembali bahwa informasi yang diterima valid.

Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit dalam dari Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, dr Andi Khomeini Takdir, Sp PD (K-Psi) menyampaikan bahwa pasien sebaiknya tidak mendiagnosis dan mengobati diri sendiri.

Pasien yang tengah melakukan isolasi mandiri diminta untuk terus memantau kondisi tubuh dari waktu ke waktu. Konsultasi dengan dokter juga harus dilakukan apabila memungkinkan.

Baca Juga: Jika Kadung Terinfeksi Covid-19, Inilah Vitamin yang Baik untuk Dikonsumsi saat Isolasi Mandiri

“Apabila gejala terasa semakin berat, pasiendiwajibkan untuk berkonsultasi dengan dokter,” imbaunya.

Lebih lanjut dr Andi menyampaikan, selain memastikan kesehatan selalu terpantau, pasien yang melakukan isolasi mandiri juga harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Saat melakukan isolasi mandiri di rumah, pasien harus memakai masker. Kedua, kamar pasien harus terpisah dan pastikan jendela kamar yang menjadi tempat isolasi mandiri terbuka,” katanya.

Kemudian, asupan makanan sehari-hari pun harus dipastikan bergizi seimbang. Masing-masing anggota keluarga yang tengah melakukan isolasi mandiri harus saling menyemangati untuk mengonsumsi makanan. Sebab, Covid-19 pada banyak pasien dapat menurunkan nafsu makan.

“Kalau di rumah sakit, ada dokter dan perawat yang mendukung. Saat di  rumah, keluarga harus menjadi pendukung agar selera makan pasien tetap terjaga,” saran dr Andi.

Landaikan kurva penularan dengan prokes

Ben Kasyafani dan dr Andi juga mengimbau masyarakat untuk tidak kendor menerapkan protokol kesehatan. Justru, di tengah lonjakan kasus seperti saat ini, masyarakat harus semakin waspada dan disiplin.

Baca Juga: Terpapar Covid-19 dan Sudah Jalani Isolasi Mandiri Selama 11 Hari, BCL Akhirnya Bagikan Kabar Bahagia: Mau PCR Lagi...

Dokter Andi mengatakan, dirinya yakin apabila masyarakat dapat menerapkan protokol kesehatan ketat, pandemi akan terkendali.

Dokter Andi berkata, masyarakat tak bisa hanya menyalahkan varian delta, tetapi juga memperbaiki kebiasaan menerapkan protokol kesehatan. Dengan demikian, apapun varian virus yang beredar, penularan tidak akan masif.

“Kuncinya adalah masker. Saat ini, masker dua lapis menurut penelitian Centers for  Disease Control and Prevention (CDC) dikatakan mampu meningkatkan proteksi dari 60 hingga 80 persen  menjadi 90 persen,” ujarnya.

Ia berharap, pengetahuan tersebut tidak hanya sebatas diketahui tetapi diterapkan dan dijadikan kebiasaan.