Pada Februari 2014, WhatsApp tercatat memiliki 450 juta pengguna dengan 50 karyawan.
Pada medio 2016, Jan Koum dan timnya melengkapi WhatsApp dengan fitur enkripsi end-to-end di bermacam layanannya.
Sistem ini tidak mengizinkan siapapun termasuk karyawan WhatsApp sendiri melihat pesan, penggilan telepon, foto dan video yang dikirim penggunanya melalui WhatsApp.
Sistem enkripsi end-to-end bahkan tak mengizinkan pengadilan untuk melacak informasi pribadi pengguna mereka.
Meskipun diakuisisi Facebook, WhatsApp tetap beroperasi secara independen.
Mereka tetap mempertahankan jumlah stafnya yang kecil di Mountain View, California.
Jan Koum terlalu lelah
Kepergian Jan Koum, menyusul partner kerjanya yang turut mendirikan WhatsApp, Brian Acton.
Sementara itu, bagi pegawai WhatsApp, kepergian Koum merupakan pukulan yang berat.
Prinsip Jan Koum dalam menjaga privasi pengguna telah mendarah daging bagi 50 pegawainya di WhatsApp.
Menjaga privasi pengguna pada titik tertentu menjelma kebanggaan bagi keluarga kecil ini.
Wajar, geger terjadi paska sang nahkoda, Jan Koum memutuskan meninggalkan kapal beserta awaknya di WhatsApp.
Paska kepergian Koum, banyak pihak yang bertanya-tanya apakah Facebook akan melacak data pribadi pengguna WhatsApp dan memasang iklan di dalamnya.
Sementara itu, Mark Zuckerberg menulis pada kolom komentar di postingan perpisahan Jan Koum, betapa ia akan merindukan momen-momen bekerja bersama Koum.
"Saya berterima kasih atas semua yang anda lakukan untuk menghubungkan dunia. Saya juga berterima kasih atas semua hal yang anda ajarkan pada saya, tentang enkripsi dan cara bekerja dalam sebuah tim. Prinsip-prinsip anda akan selalu jadi jantung WhatsApp," tulis Zuckerberg. (*)