Find Us On Social Media :

Papua Tengah Hadapi Tekanan Lingkungan Meski Tercatat Miliki Keanekaragaman Flora Tertinggi Di Dunia, Pemulihan Harus Dilakukan!

By Rissa Indrasty, Rabu, 7 Juli 2021 | 11:17 WIB

Kondisi alam Papua.

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty

Grid.ID - Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi kekayaan keanekaragaman hayati (jenis makhluk hidup) tertinggi di dunia.

Salah satu wilayan yang memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang melimpah adalah Papua.

Tahun 2012, Papua tercatat memiliki lebih dari 125 jenis mamalia, 223 jenis reptil, 602 jenis burung, dan 15.000-20.000 jenis tumbuhan.

Menurut Nature dalam publikasinya, Papua memiliki keanekaragaman flora tertinggi di dunia.

Namun, kabar baik tersebut juga seiring dengan jumlah kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk Papua.

Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Charlie D. Heatubun, mengungkapkan bahwa alam Papua tengah menghadapi tekanan.

"Bukan rahasia umum keanekaragaman Papua sedang menghadapi tekanan, yaitu pembangunan, pertambahan penduduk, krisis iklim yang sudah berlangsung," ungkap Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Charlie D. Heatubun, saat dikutip Grid.ID di Kompas Talk, Selasa (6/7/2021).

Baca Juga: Awalnya Pura-pura Menangisi Suaminya yang Tewas Dirampok, Sang Istri Diciduk Polisi dan Disoraki Warga Karena Jadi Otak Pembunuhan Suaminya

"Contoh saja bahwa jumlah spesialis berpembuluh yang ada di Papua publikasi terakhir di Pulau Papua sebanyak 13 ribuan spesies tumbuhan, akan mengalami kerugian yang sangat besar kalau keanekaragaman hayati mengalami kepunahan dari habitat aslinya," paparnya.

Sehingga, pemulihan lingkungan secara besar-besaran sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan flora dan fauna di Indonesia.

"Boleh jujur ya, kita bicara mengenai konservasi yang menurut saya sekarang sudah tidak cukup lagi, perlu ke restorasi, karena itu sudah kerusakan keanekaragaman hayati sudah berlangsung cukup lama."

"Sehingga kita kalau benerin dikit-dikit gitu tidak akan terasa, perlu lakukan skala besar, untungnya sekarang ini komitmen berbagai pihak tinggi, melakukan sesuatu skala besar," ungkap Erna Witoelar selaku Dewan Pembina Yayasan Kehati.

Oleh karena itu, perlu adanya restorasi atau pemulihan lingkungan yang harus digalakkan, terutama di Papua.

Salah satu sektor swasta juga sudah turut serta dalam restorasi ini, yaitu PT Freeport Indonesia.

"Kami komit pada lingkungan hidup, ekonomi, lingkungan sekitar. Jadi lingkungan sekitar kita harus ikut bertumbuh bersama-sama dengan kami, beberapa item sudah kita lakukan, termasuk keanekaragaman hayati," ungkap Tony Wenas selaku Ketua Presiden PT Freeport Indonesia.

Baca Juga: Tak Tahu Diri Meski Derajatnya Diangkat dari ART, Istri Juragan Emas Papua Nekat Habisi Nyawa Suami Setelah Selingkuh Berkali-kali: Dulu Tak Punya Rumah

"Ada 100 hektar di situ lahan pasir bekas tambang bisa subur kembali, tahun ini 1 juta pohon kita tanam kembali."

"Kami telah menerbitkan buku, ada 12 buku mengedukasi tentang keanekaragaman hayati, siswa hingga publik untuk berkunjung wilayah konservasi kami," imbuh Tony.

Di samping itu, kesadaran masyarakat untuk mendukung dan memperhatikan isu perihal kepunahan flora d Indonesia, terurama Papua.

"Action yang nyata flora belum terlalu diangkat, masyarakat lebih melihat suatu yang sensasional, padahal flora sangat dibutuhkan," ungkap Nugie selaku publik figur dan penggiat lingkungan.

"Lingkungan hidup baik kalau flora terjaga, saya selalu koar-koar ajak diskusi paling hanya 1 atau 2 orang tertarik, butuh mediasi mengkomunikasikan hal-hal seperti itu."

"Semua kegiatan kita membutuhkan lingkungan hidup yang berkelanjutan," tutup Nugie.

(*)