Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Adanya lonjakan kasus Covid-19 pada membuat Thailand membuat kebijakan untuk mencampur vaksin Covid-19.
Hal ini juga mengingat banyaknya tenaga kesehatan di Thailand yang masih terinfeksi Covid-19 walaupun sudah menerima dua dosis vaksin Sinovac.
Melansir Kompas.com, pada Minggu (11/7/2021), Kementerian Kesehatan Thailand mencatat dari sekitar 677.000 tenaga kesehatan yang telah divaksin, 618 di antaranya terinfeksi Covid-19 antara bulan April dan Juli.
Dari 618 tenaga kesehatan yang terinfeksi, seorang perawat meninggal dunia dan satu staf medis dalam keadaan kritis.
Rencananya, Thailand akan mencampur dua merek vaksin yaitu vaksin Sinovac untuk suntikan pertama dan vaksin AstraZeneca untuk suntikan kedua.
Sedangkan pada tenaga kesehatan yang telah mendapatkan dua dosisi vaksin Sinovac akan diberikan dosis ketiga sebagai booster
Seperti yang dikutip dari BBC via Kompas.com, vaksin yang digunakan untuk dosis ketiga adalah vaksin AstraZeneca atau vaksin Pzifer.
Vaksin dosis ketiga ini akan disuntikkan tiga sampai empat minggu setelah mendapatkan dosis kedua vaksin Sinovac.
Vaksin Sinovac sendiri memiliki tingkat efikasi sebesar 65,9% tehadap Covid, berdasarkan penelitian dalam jurnal New England Journal of Medicine.
Selain itu, vaksin buatan China ini juga terbukti dapat mencegah rawat inap sebanyak 87,5% dan efektif mencegah kematian sebesar 86,3%.
Thailand bukanlah negara pertama yang akan mencampurkan dua jenis vaksin Covid-19 dengan merek berbeda.
Beberapa negara seperti Kanada, Inggirs, hingga China diketahui juga memiliki kebijakan serupa.
Menanggapi hal ini, Kepala Ilmuwan WHO menyebutkan bahwa mencampurkan dua vaksin Covid-19 yang berbeda merek adalah ‘tren yang berbahaya’.
Alasannya, hanya ada sedikit data yang tersedia terkait dengan dampaknya pada kesehatan.
Baca Juga: Tak Perlu Takut dengan Efek Samping Vaksin Covid-19, Ternyata Bisa Dicegah dengan 5 Cara Mudah Ini
“Ini tren yang sedikit berbahaya. Sejauh ini, kita tidak memiliki data dan bukti terkait mencampur dan mencampurkan vaksin (yang berbeda merek),” ujar Soumya Swaminathan yang dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, WHO masih menyarankan untuk menggunakan dua dosis vaksin Covid-19 dengan merek yang sama.
Soumya juga memperingatkan adanya situasi kacau di negara-negara jika masyarakatnya mulai memutuskan untuk menerima vaksin dosis ketiga atau keempat.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, pemerintah berencana untuk memberikan vaksin Moderna sebagai booster dosis ketiga pada tenaga kesehatan. (*)
(*)