"Memang saat diangkat tidak begitu berat, oleh saya sendiri langsung di bawahnya pakai papan dulu jadi mudah. Biasanya jasad yang lain itu lama harus dikumpulkan dulu tulangnya baru dipindahkan," tutur Engkos.
Menurut Engkos, sebelum menggali dan memindahkan tiga jasad sekeluarga itu, ia juga sempat memindahkan 7 jasad lain yang lokasinya tidak jauh, masih tanah yang akan digunakan untuk proyek perumahan.
"Kalau jasad yang lainnya kemarin-kemarin itu ada yang tengkoraknya sudah rapuh, tulang berkumpul tidak pada tempatnya, tidak ada kain kafan juga ada yang hanya tanah dan ditemukan bekas tulang seperti abu rokok, usia jasad memang sudah bertahun tahun juga," ungkap Engkos.
Menurut Engkos, kondisi ini diperkirakan karena tanah di lokasi makam keluarga itu dalam keadaan kering dan di atasnya merupakan kebun pohon kayu.
Kondisi tersebut membuat kain kafan pun masih utuh.
Berdeda dengan lokasi pemakaman yang tanahnya lembap, jasad akan cepat membusuk dan kain kafan akan cepat dimakan rayap.
Fenomena jenazah yang ditemukan utuh setelah dimakamkan bertahun-tahun ini bukanlah kejadian pertama.
Sebelumnya, cerita heboh soal jenazah yang ditemuan awet di liang lahat juga menghebohkan warga Dusun Krajan, Desa Sukorejo, Kecamatan Bangalsari, Jember, Jawa Timur.
Pada 1 Februari 2018 lalu, banjir di desa tersebut membuat pagar makam ambrol ke sungai.
Padahal di situ ada makam Sumini, perempuan yang sudah dimakamkan 10 tahun yang lalu.
Anak Sumini, Hasan, bermaksud menyelamatkan jenazah ibunya dari banjir.