Kondisi itu membuat Novi dan suaminya pun kian sulit.
Apalagi di keluarganya tidak ada satupun yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, sedangkan suaminya hanya buruh serabutan.
"Sekarang suami juga bisa kerja kalau ada yang nyuruh saja, karena dia bisa nyetir, jadi bisa menjadi sopir," ucap Novi.
4. Jual Speaker di Facebook
Akibat kesulitan perekonomian itu, Novi harus menjual peralatan rumah tangga hingga pakaian, seperti panci, helm, rice cooker hingga yang teranyar menjual speaker yang dipajang di media sosial Facebook.
"Jual rice cooker Rp 5 ribu ke tukang rongsok, kalau speaker Rp 50 ribu, uangnya buat beli beras dan jajan anak-anak.
Makannya saya netes air mata kalau anak minta jajan juga. Saya juga malu karena sering dikirim beras sama saudara," ujarnya.
5. Tak Pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah
Meski perekonomiannya sudah berada diujung tanduk, ironisnya lagi, keluarga ini belum pernah mendapatkan uluran bantuan apapun dari pemerintah karena salah satu masalahnya adalah masalah domisili.
Sebab meskipun ia dan keluarganya sudah dua tahun tinggal di Cisarua, Bandung Barat, tapi Kartu Keluarganya (KK) masih berdomisili di Kota Cimahi.
"Bantuan enggak ada selama pandemi Covid-19, katanya harus bikin surat pindah," kata Novi.
6. Akan Jual Rumah dan Tinggal di Cimahi
Rencananya untuk ke depan, ia bakal menjual rumah yang saat ini ditinggalinya selama dua tahun terakhir.
Novi dan keluarganya akan tinggali kembali di Kota Cimahi untuk mencari peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah.
"Mau pindah lagi ke Cimahi karena kalau di sana bisa jualan atau apa yang penting bisa melanjutkan hidup," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di laman GridPop.ID dengan judul: Kisah Pilu Pasutri Usai Terdampak Pandemi Covid-19, Terpaksa Jual Parabotan Rumah dengan Harga Murah Demi Bisa Beli Beras, Tak Dapat Bantuan Gara-gara Alasan Ini (*)