Selain itu secara Komite terus melakukan adaptasi yang dinamis, dengan berbagai masalah dan keterbatasan yang dihadapi.
Mengakhiri sambutan, dirinya mengutip teori Charles Darwin "bukan yang kuat, tetapi yang beradaptasilah yang bisa survive" pungkasnya.
Sementara itu dalam sambutannya M. Fanshurullah Asa mengatakan, pembuatan buku ini merupakan tradisi yang dikembangkan oleh Komite BPH Migas periode 2017-2021 untuk menerbitkan satu buku per tahun.Ia mengatakan, buku ini untuk menjadi satu tradisi baru.
“Selama saya menjadi Kepala BPH Migas, 4 tahun lebih, satu tahun satu buku. Buku itu bekerja untuk keabadian, semua yang kita raih atau capai dengan team work tentunya akan hilang musnah dalam sejarah pada saat tidak mampu kita tuangkan dalam satu buku,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sekarang jamannya milenial, semua bisa berdiskusi tentang migas, energi, melalui Group WA (WhatsApp), tapi pertanggungjawaban secara intelektual, secara akademis by data.
“Buku ini, Insya Allah, dengan pengalaman saya hampir 30 tahun di sektor migas dan hampir 10 tahun saya menjadi Komite dan Kepala BPH Migas, saya siap jika nanti ada kajian-kajian, dialektika kritis untuk menatap Indonesia kedepan yang lebih baik di sektor energi kita,” paparnya.
Isi buku tentang Energi Untuk Kemandirian adalah buku yang mencerminkan atau menjelaskan apa yang telah kami capai selama ini dengan kolaborasi, tidak hanya BPH Migas, tapi ada sektor lainnya baik itu Pemerintahan (Kementerian ESDM, Kementerian BUMN), begitu juga badan usaha (Pertamina), badan usaha swasta yang jumlah mencapai ratusan perusahaan serta masyarakat.
Dengan Tusi BPH Migas yang dikawal dalam komite kami yang berjalan secara independen.
"Alhamdulillah sudah kami laksanakan semaksimal mungkin, semampu mungkin dengan instegritas dan profesionalisme kami sebagai Komite BPH Migas," imbuh dia.
Meski demikian, masih terdapat banyak catatan, ide, dan visi terkait yang perlu diisampaikan untuk kepentingan sektor hilir migas di masa depan. Oleh sebab itu, melalui kedua buku tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor hilir migas menjadi lebih baik.
"Maka ini kami tuangkan di dalam buku, menjelaskan apa saja yang mesti dibangun terkait hilir migas sehingga sektor energi bisa di kawal dengan baik dalam hilirisasi migas," ungkap Ifan.
Adapun melalui bahasa penyajian tulisan yang lugas dan efektif, kedua buku mengenai migas tersebut dibuat agar nyaman di baca dan mudah di pahami.
Terlebih bagi kalangan yang berkecimpung dan menaruh perhatian pada sektor migas.
Oleh karena itu, buku-buku tersebut dinilai bisa menjadi referensi penting dalam menambah wawasan sekaligus membuka wacana-wacana baru tentang pengelolaan hilir migas.
Kedua buku tersebut di cetak dan diterbitkan oleh Kompas Gramedia, yang di jual baik dalam bentuk cetakan fisik maupun e-book. Selain itu, didalamnya tertuang pula kata pengantar dari Wantimpres RI, Dr. (HC) Habib Luthfi bin Ali.
(*)