Laporan wartawan Grid.ID, Citra Kharisma
Grid.ID - Di balik kesuksesan Raffi Ahmad saat ini, ada pelajaran berharga yang masih ditanamkannya sampai sekarang.
Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2013, Raffi Ahmad diciduk di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan karena kedapatan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Kejadian tersebut menjadi momen yang tak mungkin bisa dilupakan Raffi Ahmad karena kariernya seketika hancur usai ditangkap BNN.
Namun, suami Nagita Slavina itu sangat bersyukur karena pengalaman pahitnya tersebut berhasil memberinya pelajaran berharga.
Ia menjadi lebih bisa berhati-hati dalam bertindak dan tentunya menjadi lebih menghargai keberadaan keluarga, terutama sang mama.
"Kalau dulu gue nggak punya pengalaman ketangkap, mungkin gue bisa ditangkap sekarang-sekarang," kata Raffi.
"Pas gue keluar dari BNN, gue berubah jadi lebih hati-hati, lebih ngehargain nyokap gua," imbuh Raffi, dikutip dari Youtube Curhat Bang Denny Sumargo, Selasa (2/8/2021).
Raffi menceritakan bagaimana kariernya yang sedang naik daun seketika hilang, sirna bak ditelan bumi.
Papa Rafathar itu harus menanggung kerugian besar karena semua acara televisi dan kerjasama terpaksa dibatalkan.
Ia pun menjalani rehabilitasi selama 4 bulan di Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Lido, Sukabumi, Jawa Barat.
"Sebelum gue ketangkep itu gue lagi berada di posisi 5 acara setiap hari, lagi dalam keadaan yang baiklah."
"Ya bayangin aja pas ketangkep itu semuanya hilang gitu aja, 4 bulan gue stop (syuting)," sambungnya.
Ketika menjalani hukuman, Raffi terbayang-bayang soal kariernya setelah keluar dari pusat rehabilitasi.
Ia takut dan cemas jika tak lagi diterima masyarakat, stasiun televisi maupun brand.
"Di pikiran gue cuman 'apakah gue bisa diterima lagi sama masyarakat saat gue keluar, apakah tv-tv itu akan menerima gue kerja lagi nggak,'" tambahnya.
Obat terlarang yang dikonsumsi Raffi kala itu memang belum ada di dalam Undang-undang.
Itulah sebabnya mengapa Raffi hanya mendapatkan vonis yang terbilang singkat.
Ini menjadi suatu keuntungan tersendiri untuknya karena tak perlu membayar pinalti dari kerjasamanya dengan beberapa perusahaan.
"Kalau waktu itu gue pakai yang benar-benar sudah disahkan, mungkin dari 10 iklan itu gue harus membayar 2 kali lipat semua (pinalti), dan gue nggak kena semuanya, bersyukur banget," jelas pria yang dijuluki Sultan Andara itu.
(*)