Mengutip dari Kompas.com, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto, menyebut pihaknya mengecam perlakuan buruk tersebut.
Walau tak menampik jika para atlet ternama sering mendapat ledekan, namun Gatot tidak membenarkan adanya body shaming.
Terlebih jika body shaming tersebut dilontarkan kepada atlet yang namanya sudah mengharumkan Indonesia di kancah internasional.
"Kalau atlet sih sudah terbiasa di-bully, diledek dan diteror dengan sorakan. Tetapi dalam apapun alasannya, tidak boleh diantaranya yang terkait body shaming, rasial dan sebagainya," ujar Gatot kepada Kompas.com, Jumat (6/8/2021).
Tindakan body shaming yang merupakan penghinaan mengenai fisik dapat membawa pengaruh buruk bagi dunia olahraga Tanah Air.
"Karena itu mencederai prinsip sportivitas," imbuh Gatot.
Oleh karena itu, Gatot mengajak masyarakat untuk lebih menghargai dan terus memberi dukungan kepada Nurul Akmal yang telah membanggakan Indonesia.
"Masyarakat harus sudah mulai aware bahwa atlet itu, apalagi sudah selevel Olimpiade, sudah susah payah untuk meraihnya. Sehingga mereka harus bisa memahami dan menghargai perjuangannya, bukannya ngeledek," sambung Gatot.
Sementara itu, Nurul Akmal yang menerima langsung ucapan body shaming itu justru tak ambil pusing.
Nurul Akmal tak ingin membesar-besarkan masalah body shaming yang diterimanya.
"Nggak usah diambil hati," terang Nurul, Jumat (6/8/2021).
Nurul Akmal malah mengaku bangga karena kondisi fisiknya saat inilah yang dapat membawa namanya menjadi atlet lifter.
Tak tanggung-tanggung, Nurul Akmal juga dapat bertanding dalam ajang Olimpiade di tahun ini lewat perjuangannya tersebut.
"Bangga sudah jadi atlet Olimpiade," tukasnya.
(*)