Pasalnya, peserta lomba tidak boleh memegang kerupuk dengan tangan.
Dalam lomba, peserta harus memakan dengan tangan terikat saat kerupuk digantungkan.
Ditambahkan dari Kompas.com, filosofi dan sejarah lomba makan kerupuk juga dijabarkan oleh sejarawan dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Fadly Rahman.
Menurut sang penulis, Fadly Rahman kerupuk sangat identik sekali sebagai makanan rakyat jelata di masa perang.
Selain itu, kerupuk jug biasa dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang berada di strata sosial dan ekonomi bawah.
“Jadi dengan makan nasi dan kerupuk, tanpa kecap dan garam pun mereka (rakyat jelata di saat perang) sudah bisa bertahan hidup,” papar Fadly.
Lantas adanya lomba makan kerupuk ini bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa saat perang kondisinya sangat memprihatinkan dan sulit.
(*)