Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Seperti yang kita ketahui, HUT ke-76 RI akan segera tiba.
Namun sayang, HUT ke-76 RI kali ini tak dapat dirayakan dengan meriah.
Mengingat HUT ke-76 RI berlangsung di tengah pandemi covid-19, perayaan hari kemerdekaan Indonesia harus diturunkan terlebih dahulu.
Tak ada gegap gempita dan berbagai kegiatan lomba, 17 Agustus di dua tahun terakhir ini memang terkesan sederhana.
Meski demikian, kalian jangan sampai lupa makna dan arti 17 Agustus yang sebenarnya ya!
Dimana hari tersebut masyarakat di Tanah Air berhasil memenangkan pertempuran dan penjajahan dari warga negara asing.
Dan kini, untuk mengingat kegiatan-kegiatan yang ada setiap jelang ada satu hal yang menarik loh.
Pada saat 17 Agustus, lomba makan kerupuk tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua.
Namun, tahukah kamu, lomba yang terkesan sederhana itu rupanya memiliki makna yang begitu mendalam?.
Dikutip dari TribunWiki.com, Jumat (13/8/2021), yuk simak pesan mendalam yang disampaikan melalui lomba makan kerupuk.
Sebelum Indonesia merdeka, masyarakat memang hidup sangat sederhana.
Apalagi, masyarakat di Tanah Air pada saat itu juga mendapat tekanan dari para penjajah.
Alhasil, kerupuk menjadi makanan yang paling murah dan mudah untuk sekedar mengisi perut.
Nah, untuk mengenang masa-masa sulit masyarakat pada saat itu, tercetuslah lomba makan kerupuk.
Selain mengenang perjuangan, lomba makan kerupuk juga memiliki aturan yang gigih.
Pasalnya, peserta lomba tidak boleh memegang kerupuk dengan tangan.
Dalam lomba, peserta harus memakan dengan tangan terikat saat kerupuk digantungkan.
Ditambahkan dari Kompas.com, filosofi dan sejarah lomba makan kerupuk juga dijabarkan oleh sejarawan dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Fadly Rahman.
Menurut sang penulis, Fadly Rahman kerupuk sangat identik sekali sebagai makanan rakyat jelata di masa perang.
Selain itu, kerupuk jug biasa dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang berada di strata sosial dan ekonomi bawah.
“Jadi dengan makan nasi dan kerupuk, tanpa kecap dan garam pun mereka (rakyat jelata di saat perang) sudah bisa bertahan hidup,” papar Fadly.
Lantas adanya lomba makan kerupuk ini bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa saat perang kondisinya sangat memprihatinkan dan sulit.
(*)