Find Us On Social Media :

Bayi Dua Tahun Rawan Kekurangan Gizi dan Berisiko Stunting, Simak Prinsip Pemberian Makan Sesuai Tahapan Anak Menurut Ahli Gizi UGM

By Ragillita Desyaningrum, Jumat, 13 Agustus 2021 | 13:56 WIB

Peluang emas untuk mencegah stunting terjadi pada masa 1000 hari kehidupan yaitu masa konsepsi (awal kehamilan) hingga anak berusia dua tahun.

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.ID – Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah stunting pada anak.

Apalagi mengingat bahwa menurut data RISKESDAS tahun 2018, sebanyak 30,8 persen anak Indonesia mengalami stunting.

Selain mencukupi kebutuhan gizi sejak bayi di dalam kandungan, orangtua juga perlu memperhatikan asupannya setelah lahir.

Pasalnya, menurut Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes, seorang ahli gizi dari Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia UGM, gangguan pertumbuhan anak terjadi sejak dalam kandungan hingga dua tahun.

Lebih lanjut, Dr. Siti menjelaskan bahwa bayi dua tahun atau baduta adalah kelompok yang rawan kekurangan gizi.

“Kegagalan memenuhi asupan gizi yang baik sejak anak di dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat meningkatkan risiko stunting, wasting, dan defisiensi gizi mikro,” jelas Dr. Siti dalam acara Webinar Menu Sehat DASHAT: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas yang dihadiri Grid.ID pada Jumat (13/8/2021).

Tak hanya menyebabkan stunting, Dr. Siti juga menyebutkan bahwa kekurangan gizi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang optimal.

Baca Juga: Penting Cegah Stunting Pada Anak Sejak Masa Kehamilan, Ini Saran Guru Besar Ilmu Gizi IPB Mengenai Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil 

Bahkan, anak yang kurang gizi juga dapat mengalami penurunan fungsi kognitif dan meningkatkan risiko penyakit kronis saat dewasa.

Dr. Siti kemudian menekankan pentingnya prinsip pemberian makan untuk anak sesuai tahapan umurnya.

Hal ini penting untuk mencegah anak kekurangan gizi selama usia emas pertumbuhan dan perkembangannya.

Prinsip pemberian makan untuk usia 0-6 bulan

Pada usia ini, tentunya makanan terbaik yang dapat diberikan pada anak adalah ASI yang sudah terbukti manfaatnya.

Beberapa manfaat ASI untuk bayi di antaranya adalah menurunkan angka kematian neonatus dan bayi serta mengurangi kematian bayi mendadak dan penyakit yang mengancam jiwa,

Dengan memberikan ASI, bayi juga terlindung dari diare, infeksi, menghindari kemungkinan obesitas, dan meningkatkan kecerdasan.

 Baca Juga: Pentingnya Protein Hewani dan Asam Amino Esensial untuk Cegah Stunting, Orang Tua Milenial Perlu Tahu

Prinsip pemberian makan untuk usia 6-11 bulan

Sejak bayi dikenalkan MPASI, pastikan makanannya mengandung karbohidrat sebanyak 35%, protein hewani sebanyak 30%, sayur atau buah sebanyak 25% dan kacang-kacangan 10%.

Pastikan untuk memberikan makanan sesuai dengan daya terima anak dan tidak memaksa anak makan supaya ia menikmati waktu makannya.

Menyajikan makanan dalam bentuk dan warna yang menarik juga penting supaya anak tertarik untuk makan.

Ibu juga perlu memastikan untuk menghindari penggunaan bahan makanan yang dapat merangsang pencernaan seperti makanan pedas, bergas dan terlalu berserat.

Selain itu, penting juga untuk membiasakan anak makan di waktu dan tempat yang sama dengan anggota keluarga lainnya.

Hal ini dapat membuat anak lebih bersemangat dalam menikmati waktu makannya sehingga anak makan dengan lahap.

 Baca Juga: Begini Tips Mengoptimalkan Pola Asuh untuk Mencegah Stunting di Masa Pandemi, Orang Tua Harus Tahu!

Prinsip pemberian makan untuk usia 1-5 tahun

Pada usia ini, selain harus menyajikan makanan dalam bentuk dan warna yang menarik, orangtua juga harus mengenalkan aneka ragam makanan.

Jika anak susah makan, berikan makanan dengan porsi kecil dan jangan sampai memaksa anak untuk makan.

Usahakan untuk menciptakan suasana makanan yang menyenangkan, misalnya makan bersama anggota keluarga lainnya.

Penting juga untuk menghindari penyedap rasa makanan yang berlebihan seperti gula, garam, dan minyak.

Terakhir, ketika anak sudah dapat mengerti perkataan orangtua, berikan edukasi perlahan-lahan supaya anak memiliki perilaku makan yang baik. (*)