Grid.ID - Industri akuakultur di Indonesia berkembang dengan pesat.
Akuakultur adalah metode untuk melakukan pemeliharaan serta penangkaran berbagai jenis makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang hidup di perairan.
Indonesia adalah produsen akuakultur terbesar kedua di dunia setelah China, dan Indonesia saat ini memiliki salah satu populasi pemuda terbesar di dunia, sekitar 26 persen dari total 260 juta penduduknya, kurang lebih 68 juta jiwa.
Namun, sektor ini masih menghadapi banyak tantangan bagi para pelaku akuakultur di Indonesia, diantaranya permasalahan efisiensi pakan serta akses terhadap permodalan dan pasar.
Berbagai kondisi yang kurang menguntungkan tersebut secara signifikan telah mengurangi minat orang-orang untuk terlibat di sektor ini, khususnya generasi muda.
Hal ini mendasari dibentuknya eFishery Academy.
Chief of Staff dan Co-Founder eFishery, Chrisna Aditya mengatakan, eFishery Academy bakal banyak menggandeng anak muda untuk secara aktif terlibat dalam industri akuakultur.
Bekerja sama dengan Kampus Merdeka, seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Brawijaya, eFishery ingin mengajak seluruh pihak untuk turut serta membangun ekosistem akuakultur yang berkelanjutan di Tanah Air.
Chrisna percaya bahwa penting untuk mengikutsertakan pelajar, ilmuwan, dan semua yang memiliki pengalaman dan ketertarikan di bidang akuakultur.
Termasuk mengajak anak muda untuk terlibat secara aktif di sektor ini demi mendorong terjadinya transfer pengetahuan lintas generasi.
Baca Juga: Putuskan Tidak Akan Menikah Lagi, Nafa Urbach Sudah Tutup Rapat Pintu Hatinya
“Ini demi memastikan kesinambungan dan keberlanjutan ekosistem akuakultur,” ungkap Chrisna melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (23/8)/2021).
Chrisna menjelaskan, ada tiga program yang ditawarkan eFishery Academy.
Pertama Aqua-Scientist yang berlangsung selama 2-4 minggu.
Di sini peserta eFishery Academy (yang disebut dengan eFishery Squad) akan belajar lebih banyak mengenai metode penelitian dan melakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan untuk memajukan industri akuakultur.
Kemudian ada program Aqua-Troops dengan durasi 3-6 bulan, dimana para Squad terlibat secara aktif dalam keseharian operasional bisnis eFishery dan mengerjakan proyek akhir yang mampu menghadirkan inovasi untuk mendorong kemajuan sektor akuakultur.
Terakhir Aqua-Preneur. Di program ini, selama 6-12 bulan, Squad akan terlibat secara langsung dalam keseharian pembudidaya dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk mengurangi dan/atau mengeliminasi permasalahan yang dihadapi pembudidaya di lapangan.
Setelah menyelesaikan sesi pelatihan, para Squad akan ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan untuk jangka waktu tertentu dan diberikan tugas atau proyek yang harus diselesaikan.
Setelah proyek selesai, para Squad akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan proyek mereka.
Di akhir program, mereka akan dievaluasi dan menerima sertifikat sebagai bukti telah mengikuti seluruh proses.
Lebih dari 600 orang peserta dari 125 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia telah mendaftarkan diri, dan sebanyak 137 orang peserta telah terpilih sebagai angkatan pertama eFishery Academy.
Selain mendapatkan sertifikat dan uang saku, peserta juga mendapatkan kredit (SKS) yang dapat digunakan untuk melengkapi SKS perkuliahan.
Baca Juga: Bercerai dan Mantan Istri Mudah Move On ke Alvin Faiz, Zikri Daulay Tak Pernah Sesali Pernikahannya
Dalam kesempatan itu, Chrisna juga memaparkan bahwa eFishery Academy membuka peluang penciptaan lapangan kerja yang masif.
Pasalnya industri akuakultur makin berkembang pesat ketimbang sektor makanan berbasis hewani lainnya di seluruh dunia.
“Laju tangkapan ikan laut cenderung stagnan, dimana pertumbuhannya hanya 3%, dibandingkan dengan akuakultur yang tumbuh 21% selama enam tahun terakhir. Prospek industri ini semakin cerah karena potensinya sangat besar. Untuk itulah program eFishery Academy merupakan kesempatan emas. Melahirkan para calon entrepreneur, menciptakan lapangan pekerjaan,” jelasnya.
Dia menambahkan eFishery Academy juga memiliki tujuan jangka panjang, yaitu meningkatkan adopsi teknologi bagi pembudidaya ikan, menciptakan lapangan pekerjaan, mendukung ketahanan pangan dan memperbaiki gizi di Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.
(*)