Find Us On Social Media :

Beranjak Dewasa, Putri Ussy Sulistiawaty Sudah Naksir Lawan Jenis, Ini yang Harus Orangtua Lakukan Ketika Anak Mulai Jatuh Cinta

By Ragillita Desyaningrum, Jumat, 27 Agustus 2021 | 13:01 WIB

Ussy Sulistiawaty ceritakan pengalaman lucu ketika kedua putrinya yang beranjak remaja mulai menyukai lawan jenis.

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.IDUssy Sulistiawaty ceritakan perkembangan putrinya yang sudah remaja, Ara dan Amel.

Rupanya, kedua putri Ussy ini sudah mulai menyukai lawan jenis saat masih duduk di kelas 5 atau 6 SD.

"Kita tuh terbuka banget, Ara sama Amel terbuka banget. Pernah ada satu masa kelas 5 atau 6 tiba-tiba Ara gini (ngomong)," kata Ussy, dikutip dari kanal YouTube KUY Entertainment via Kompas.com.

"Pakai bahasa Inggris gitu, 'pokoknya kalau lagi ketemu sama dia hati Kakak kayak ada semutnya'," tambah Ussy menirukan ucapan putrinya.

Ketika istri Andhika Pratama itu menanyakan kembali maksud putrinya, Ara mengaku tidak bisa menjelaskan perasaannya.

“'Maksudnya apa?' 'I can not explain', itu namanya suka, aku bilang gitu," ujar Ussy.

Seperti kebanyakan orangtua, Ussy pun sempat bingung sekaligus deg-degan ketika mendengar cerita tersebut.

Baca Juga: Ussy Sulistiawaty Kini Tak Mau Larang Anak Bermain Kotor-kotoran 

Saat memasuki usia pra-remaja, anak-anak memang bisa menunjukkan tanda-tanda ketertarikan dengan lawan jenis.

Mengutip Nova.id, seorang Psikolog Klinis Dewasa, Linda Wati, M. Psi. Psikolog, menjelaskan tanda-tanda anak yang mulai jatuh cinta.

Di antaranya adalah anak lebih sering menggunakan handphone dan sosial media, lebih memerhatikan penampilan, dan sering melamun.

Tak hanya itu, anak juga akan sering bertanya pada orang lain tentang penampilannya dan merasa malu ketika ditanya apakah ada orang yang sedang disukainya.

Sebenarnya, hal ini adalah wajar dan cepat atau lambat akan dirasakan oleh anak seiring dengan bertambahnya umur mereka.

Hanya saja, orangtua sering merasa kebingungan dalam bersikap hingga khawatir ketika anak mengalami fase ini.

Berikut adalah cara menghadapi anak yang mulai jatuh cinta seperti yang dikutip dari Kompas.com.

 Baca Juga: PPKM Diperpanjang Bikin Anak Bosan Sekolah Online, Ahli Bocorkan 3 Solusi Ampuh Supaya Anak Bersemangat Belajar dari Rumah

Ketahui apakah anak jatuh cinta atau terobsesi

Seseorang yang jatuh cinta biasanya memiliki perasaan yang kuat namun masih bisa mengendalikan emosinya.

Ini berbeda dengan rasa obsesi yang biasanya memperlihatkan perilaku anak yang tidak sehat.

Nah, perasaan terobsesi ini bisa memicu rasa sakit dan penderitaan, apalagi jika orang yang disukai anak tidak memiliki perasaan yang sama.

Membicarakan sosok yang disukai anak

Sebisa mungkin, buat anak lebih terbuka dengan menceritakan sosok yang sedang disukainya.

Biarkan anak mengungkapkan perasaannya dan coba pahami perasaannya dengan positif.

 Baca Juga: Waspada, Tanda-tanda Remaja Mulai Coba Pakai Narkoba, Perilakunya di Rumah dan Sekolah Akan Seperti Ini!

Jelaskan tentang obsesi

Sebelum rasa cintanya berubah menjadi obsesi, orangtua perlu mengedukasi anak tentang obsesi yang tidak sehat.

Berikan peringatan dengan baik bahwa terobsesi dengan seseorang bukanlah hal yang baik.

Mengajarkan self-love pada anak

Untuk mengatasi perasaan jatuh cinta yang dialami anak, coba ajarkan anak untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu.

Jelaskan pada anak bahwa mencintai diri sendiri adalah hal yang lebih penting dibandingkan menyukai orang yang disukainya.

Apabila anak sudah mulai menunjukkan tanda obsesi, orangtua dapat menyibukkan anak dengan kegiatan yang dapat membangun rasa self-love.

 Baca Juga: Lyodra Ginting Pernah Jadi Korban Bully Sampai Dikurung di Kamar Mandi, Ini yang Perlu Orang Tua Lakukan Ketika Anak Dibully

Sadarkan anak bahwa perasaannya hanya sementara

Untuk mengatasi obsesi anak pada lawan jenis, orangtua juga bisa meminta anak untuk menuliskan perasaannya.

Dengan menulis jurnal, pikiran akan lebih jernih dan dapat mengurangi stress apabila perasaan anak tidak terbalaskan.

Jangan lupa juga untuk meyakini anak bahwa perasaannya hanya sementara dan akan hilang seiring waktu. (*)