Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Gemar memakan benda-benda tak lazim disebut mengalami sindrom PICA (Problem Identification Corrective Action).
Sindrom PICA yakni gangguan jiwa yang mendorong seseorang untuk makan yang bukan makanan.
Mereka bisa saja memakan benda-benda seperti besi, koin, baterai bahkan pasta gigi.
Alasan orang mengkonsumsi benda yang bukan makanan ini karena kekurangan mineral.
Salah satu contoh orang yang memakan benda yang bukan makanan adalah seorang wanita asal Indonesia bernama Khosik Assyifa.
Hal itu diketahui karena Khosik Assyifa memamerkan aksinya memakan sabun batangan di media sosial hingga dirinya viral.
Namun, Khosik Assyifa justru tampak menikmati dirinya yang mengkonsumsi sabun tersebut.
Dikutip Grid.ID melalui Intisari, Selasa (31/8/2021), tak hanya satu merek sabun, Assyfa tampak mencoba beberapa merek sabun berbeda.
Mengonsumsi sabun mandi memang cukup membahayakan, karena mengandung zat kimia yang bersifat iritan dan beracun untuk dikonsumsi.
Dampak yang harus diwaspadai setelah menelan busa sabun dalam jumlah banyak adalah munculnya rasa pusing, mual muntah hingga nyeri perut.
Tak hanya Khosik Assyifa yang memakan sabun, ada pula orang-orang yang dikabarkan memakan benda tak lazim.
Bahkan, orang-orang tersebut sampai harus dilarikan ke rumah sakit karena memakan benda-benda yang tak baik bagi tubuh.
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Selasa (31/8/2021), berikut kisah orang-orang yang memakan benda-benda tak lazim lainnya:
Makan Paku
Tak hanya anak, anak pica juga bisa dialami di usia dewasa.
Kasus pada orang dewasa terjadi pada wanita usia 27 tahun asal India.
Kasus ini dilaporkan peneliti Suddhendu Chakraborty.
Wanita tersebut dilaporkan mengalami gangguan perut dan dirujuk ke operating department practitioners (OPD).
Penderita yang ke rumah sakit bersama orangtuanya tersebut, ternyata memiliki kebiasaan memakan paku besi selama 3 bulan belakangan.
Kebiasaan tersebut dimulai saat dirinya menikah dan merasa depresi dengan kehidupan pernikahannya. Sensasi yang timbul saat menelan paku ternyata mampu menghilangkan depresi yang diderita.
Penderita juga dikabarkan mengkonsumsi pecahan beling selama 3 tahun belakangan, namun tidak mengatakannya pada orang lain.
Pasien dilaporkan kekurangan zat besi, serum ferritin, dan zinc.
Dugaan gangguan pica muncul dari diagnosa yang dilakukan dokter.
Sebelumnya pasien tersebut dirujuk karena sensasi tidak nyaman di perut.
Makan Tanah Sementara untuk kasus pica pada anak ditemukan Inggris oleh peneliti Donald Howarth dari University of Notre Dame, Western Australia.
Penderitanya adalah anak berusia 3 yang gemar mengkonsumsi tanah.
Penderita dilarikan ke rumah sakit setelah 4 hari kehilangan nafsu makan dan hari ke dua mengalami pingsan.
Anak tersebut terlihat pucat dan kesulitan buang air besar.
(*)