Grid,ID - Masih ingat dengan mantan anggota TNI yang terang-terangan minta Jokowi mundur jadi presiden, Ruslan Buton?
Nama Ruslan Buton sempat jadi perbincangan publik pada tahun 2020 lalu usai terang-terangan minta Jokowi mundur jadi presiden.
Mantan anggota TNI AD ini viral di media sosial tepatnya pada 18 Mei 2020 usai mengunggah video yang menilai berbangsa dan bernegara di tengah pandemi Covid-19 sulit diterima akal sehat.
Namun malang nasib Ruslan, sepuluh hari setelah videonya viral ia ditangkap di kediaman orangtuanya di Jalan Poros, Pasar Wajo Wasuba Dusun Lacupea, Desa Wabula 1, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Kamis (28/5/2020), tanpa perlawanan.
Setahun berlalu, kini kabar terbaru Ruslan Buton ternyata memilukan.
Selama menjalani kasus hukum, ia kehilangan orng-orang dekatnya.
Saat masih di penjara, istri Ruslan Buton, Erna Yudhiana (44) meninggal dunia karena sakit, pada September 2020.
Ruslan Buton sempat diberi izin untuk mengahdiri peringatan 40 hari kematian istrinya.
Seperti diketahui Erna Yudhiana sendiri sempat hadir ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk memperjuangkan keadilan bagi suaminya dengan mengajukan praperadilan pada Juli 2020 lalu.
Kabar duka berikutnya, pada Januari 2021, ayahnya di Buton Sulawesi tenggara juga meninggal dunia karena sakit.
Terakhir, pengacara Ruslan Buton Tonin Tachta Singarimbun meninggal dunia awal Juli 2021 lalu.
Menurut Ruslan, saat ini dia belum memiliki pengacara baru, namun sudah ada beberapa advocat yang ingin mendampinginya.
Ruslan sendiri mendapat penangguhan penahanan pada Desember 2020 lalu dengan jaminan kuasa hukum dan anaknya.
Hingga kini ia masih terus memperjuangkan agar terbebas dari hukuman.
Hingga kini Ruslan Buton masih menjalani rentetan persidangan.
"Saya tidak tahu sudah sidang keberapa. Sekarang lagi pemeriksaan sidang ahli," kata Ruslan di YouTube Refly Harun berjudul 'INI LHO KAPTEN YANG SEMPAT HEBOH MINTA JOKOWI MUNDUR!', Sabtu, 28 Agustus 2021.
Ruslan didakwa dengan pasal berlapis. Yakni terkait pelanggaran Pasal 45A ayat (2) jo. Pasal 28 ayat (2) (tentang penyebaran kabar yang memicu permusuhan) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Kemudian pelanggaran Pasal 14 ayat 1 atau Pasal 14 ayat 2 (terkait penyebaran berita bohong) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, serta Pasal 15 (soal penyebaran kabar tak pasti) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Sementara itu untuk kegiatan sehari-hari Ruslan mengaku saat ini tengah menghimpun sejumlah mantan anggota TNI (pensiunan atau pecatan) AD, AU atau AL. Organisasi itu dinamai Serdadu Eks Trimatra Nusantara.
"Saya tak mau sebutkan berapa jumlah anggotanya. Namun tersebar di seluruh pelosok Indonesia," ujarnya.
Isi surat terbuka Ruslan Buton
Surat kontroversial itu dibuat pada 18 Mei 2020 di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Ada beberapa poin penting dalam surat terbuka yang beredar di media sosial itu.
Mulanya, Ruslan Buton mengkritik penanganan pemerintah terkait pandemi Covid-19 di Indonesia.
Menurut Ruslan Buton, era kepemimpinan Jokowi sangat kacau lantaran kerap membuat kebijakan yang merugikan rakyat.
Untuk itu, ia meminta agar Presiden Joko Widodo secara legawa untuk mengundurkan dari jabatannya.
Bahkan Ruslan Buton juga meminta berkaca dengan peristiwa Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto yang akhirnya mundur dari jabatan.
Dirangkum dari dari beberapa unggahan Facebook, berikut isi lengkap surat terbuka Ruslan Buton untuk Jokowi.
Surat Terbuka Untuk Bpk Ir.H.Joko Widodo
Mei 18, 2020Kepada Yth. Saudara Ir H Joko Widodo.Ass wr wb.
Saya Ruslan Buton, mewakili suara seluruh Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat prihatin dengan kondisi bangsa saat ini.
Di tengah Pandemi Covid-19, saya melihat tata kelola berbangsa dan bernegara yang begitu sulit dicerna akal sehat untuk dipahami oleh siapapun.
Kebijakan-kebijakan saudara selalu melukai dan merugikan kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Yang lebih menghawatirkan lagi adalah ancaman lepasnya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kami cintai ini.
Suka atau tidak suka, di era kepemimpinan saudaralah semua menjadi kacau balau alias amburadul dalam segala hal.
Entah karena ketidakmampuan saudara, atau bisikan kelompok yang memiliki kepentingan yang tidak saudara pahami atau mungkin karena saudara telah tersandera oleh kepentingan elit politik.
Di sini saya tidak akan memaparkan kebijakan-kebijakan saudara yang lebih banyak merugikan rakyat, bangsa dan negara.
Sebagai bentuk etika berkomunikasi saya terhadap saudara yang kebetulan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Saudara Joko Widodo yang saya hormati.
Semua sistem yang berlaku di Negeri ini bagaikan benang kusut yang sangat sulit untuk dirajut kembali.
Oleh karenanya dengan bahasa yang sangat sederhana ini, saya memohon dengan hormat agar saudara dengan tulus dan ikhlas secara sadar untuk mengundurkan diri dari jabatan saudara sebagai Presiden Republik Indonesia.
Hal ini perlu di lakukan demi kepentingan bangsa untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebelum kedaulatan negara benar benar runtuh dan dikuasai asing terutama China Komunis.
Saya tau ini adalah pilihan sulit namun merupakan pilihan terbaik.
Saudara seorang Negarawan yang pastinya ingin membangun negeri ini, namun harus jujur saya katakan bahwa saudara belum memiliki banyak kemampuan untuk membangun bangsa yang besar ini berdasarkan amanat UUD 1945.Sehingga terjadilah kebijakan-kebijakan yang menjadi blunder politik yang sangat merugikan rakyat, bangsa dan negara.
Saudara Joko Widodo, sekali lagi saya sampaikan bahwa solusi terbaik menyelamatkan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia hanya ada satu.
Saudara harus bersikap kstaria dan legowo untuk mundur dari Tahta Kepresidenan.
Namun bila tidak, bukan menjadi sebuah keniscayaan akan terjadinya gelombang gerakan revolusi rakyat dari seluruh elemen masyarakat, seluruh komponen bangsa dari berbagai suku, agama dan ras yang akan menjelma bagaikan tsunami dahsyat yang akan meluluhlantakan para penghianat bangsa, akan bermunculan harimau, singa dan srigala lapar untuk memburu dan memangsa para penghianat bangsa, sesuai amanat UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang mengatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan Rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
Saudara Joko Widodo, lengsernya Jenderal Besar Soeharto, bisa menjadi sebuah acuan atau referensi untuk saudara lakukan.
Sebagai seorang negarawan, beliau dengan legowo menyatakan mundur dari tahta Kepresidenan demi menghindari pertumpahan darah sesama anak bangsa.
Dan saya berharap saudara juga bersikap demikian, sehingga saudara bisa menghidarkan potensi pertumpahan darah antar sesama anak bangsa.
Ketika pertiwi memanggil, maka kami akan menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan NKRI.
Artikel ini telah tayang di laman TribunManado dengan judul: Masih Kenal Ruslan Buton? Mantan Anggota TNI yang Minta Jokowi Mundur, Ditinggal Mati Istri (*)