Grid.ID - Mantan anggota TNI ini dulunya nekat pasang susuk demi rayu banyak wanita loh.
Dulu nekat pasang susuk demi rayu banyak wanita, nasib mantan anggota TNI yang dipecat ini sekarang berubah 180 derajat.
Bagaimana tidak, mantan anggot TNI yang dipecat ini kini hidup melarat hingga jadi pemulung demi jaga dapur tetap ngebul.
Mudanya pasang susuk demi bisa menaklukan banyak wanita, kehidupan masa tua pecatan tentara harus menjadi pemulung demi bertahan hidup.
Jalan panjang kehidupan nan berliku itu dialami oleh seorang pria bernama Teja Suherman (69).
Kisah berliku kehidupan Teja yang mengaku dipecat sebagai seorang tentara itu terungkap ketika dia ditanyakan oleh anggota DPR RI Dedi Mulyadi.
Dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, saat mantan Bupati Purwakarta itu sedang berkeliling dengan anaknya dengan motor Vespa maticnya, dia melihat sosok pemulung yang sedang beristirahat di pinggir jalan.
Penampilan pemulung itu sedikit berbeda dengan pemulung pada umumnya.
Pria itu mengenakan topi tentara, kaus dan celana panjang, jam tangan lusuh dan juga sendal jepit bercorak loreng.
Seperti biasa, Kang Dedi pun menghentikan kendaraanya dan menanyakan latar belakang pemulung itu.
"Dulunya TNI," jawab Teja saat ditanyakan Kang Dedi dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Minggu (5/9/2021).
"Pensiunan," tanya Kang Dedi.
"Dipecat," jawab Teja.
Teja mengaku dipecat sekira tahun 1980-an lantaran masalah indisipliner.
Kala itu, dia mengaku berdinas di Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi berpangkat Kopral Dua (Kopda).
Adapun dia mengaku dipecat karena jarang dinas dan terlibat percintaan dengan banyak wanita.
"Biasalah bangor jarang apel," kata Teja menceritakan masa lalunya.
Menariknya yang memecatnya itu adalah ayah angkatnya sendiri yang merupakan seorang Polisi Militer kala itu.
Sejak kecil, Teja mengaku dirinya sudah diangkat anak oleh seorang tentara yang tak memiliki anak.
Hingga akhirnya Teja juga bisa menjadi seorang prajurit TNI AD.
Namun sayang masa muda Teja yang glamor dan gerap berganti wanita membuat ayah angkatnya tak senang hingga akhirnya dia dilaporkan ke provos dan dipecat.
"Bapak saya kan PM, gasenang lihat saya.
Padahal dia tuh sama kaya saya suka main cewek," ujar Teja.
"Kenyang dibantai CPM, kapok saya.
Enggak sampai ke Pengadilan Militer tapi dipecat dianggap melalaikan tugas," sambung dia.
Pasang Susuk
Teja mengakui dirinya saat muda memang nakal.
Bahkan dia sengaja memakai susuk di wajahnya untuk memikat para wanita.
"Ganteng sih enggak, tapi saya punya susuk," ujarnya sambil memegang area bibir yang menjadi tempatnya memasang susuk.
Sudah tak terhitung berapa banyak wanita yang ditaklukan Teka di masa mudanya.
"Bangor jarang apel, kalau ke cewe ngapel mulu," celetuk Kang Dedi menanggapi cerita Teja.
Seorang Pengelana
Dipecat dari tentara, Teja rupnya kian menjadi seorang pengelana.
Tak hanya urusan wanita, tapi juga untuk urusan pekerjaan.
Dia puluhan tahun bekerja di Kalimantan.
Baca Juga: Langsung Ketahuan! Begini Cara Membedakan Pangkat Anggota TNI Hanya dengan Melihat Mobilnya
Mulai dari bekerja di perkebunan sawit, berjualan telur puyuh sampai menjadi petugas kebersihan di sebuah rumah sakit.
Dia pun sempat menikah dengan seorang wanita di Kalimantan.
Namun akhirnya dia memutuskan kembali ke Purwakarta usai sang istri meninggal karena tak betah hidup dengan anak tirinya.
Di Jawa Barat, Teja juga sebenarnya memiliki anak.
Sebab, dia telah tiga kali menikah.
Namun dia malu bila harus bergantung kepada sang anak mengingat dia mengakui semasa muda sudah menelantarkan mereka.
"Malu ikut anak," katanya.
Mendengar perjalanan hidup berliku Teja, Kang Dedi kemudian mengajak pemulung itu ke rumahnya.
Di sana, Kang Dedi menawarkan bantuan kepada Teja agar tak perlu memulung untuk bertahan hidup.
"Kalau ada kerjaan lagi saya mau, tapi saya susah, enggak bisa jalan kalau enggak pakai tongkat," aku Teja.
Teja sendiri mengakui dirinya ingin kembali berjualan telur puyuh seperti yang pernah dilakukannya di Kalimantan.
Kang Dedi pun menanyakan berapa modal yang diperlukan untuk berjualan telur puyuh.
"Rp 50 ribu," jawab Teja.
Kang Dedi pun kaget lantaran ternyata modal yang diminta Teja tak banyak.
"Jangankan Rp 50 ribu, 10 ribu aja enggak ada," kata Teja yang menyebut penghasilannya dalam sehari rata-rata hanya Rp 20 ribu.
Kang Dedi pun kemudian memberi beberapa lembar uang ratusan untuk modal Teja berjualan telur puyuh.
"Ini bisa buat ngontrak dan jualan telur puyuh," kata Kang Dedi.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com, Mudanya Pasang Susuk Taklukan Banyak Wanita, Masa Tua Pecatan Tentara Jadi Pemulung Demi Hidup
(*)