Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Mengasuh tiga orang anak yang masih kecil bukanlah pekerjaan yang mudah untuk Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu.
Seperti anak-anak pada umumnya, ketiga anak Shireen dan Wisnu juga sering mengalami tantrum.
Dikutip dari Grid.ID, tantrum adalah sebuah ledakan emosi yang umumnya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.
Ketika tantrum, anak biasanya menangis, berteriak, meronta-ronta, hingga terkadang melempar barang di sekitarnya.
Penyebab tantrum beragam, namun bisa jadi karena anak ingin mendapatkan perhatian, mendapatkan, atau menghindari sesuatu.
Dalam sebuah sesi tanya jawab bersama di Instagram, Shireen Sungkar pun ditanya tentang bagaimana cara menghadapi anak tantrum.
Menjawab pertanyaan ini, adik kandung dari Zaskia Sungkar mengaku hanya membiarkan anaknya hingga tenang dengan sendirinya.
“Percuma kalau tantrum diajak ngobril, pasti masih ngamuk,” tulisnya yang dikutip dari Instagram @shireensungkar.
Meski begitu, bintang sinetron ‘Cinta Fitri’ ini selalu memastikan untuk menjaga anak-anaknya yang sedang tantrum.
Setelah anak mulai tenang, Shireen baru mencoba mengajak anaknya untuk mengobrol.
“Yang penting dijagain (biar) nggak bahayain dirinya sendiri. Nanti (kalau) udah agak tenang (bilang), ‘nanti cerita sama mami ya’ baru ajak ngobrol,” lanjutnya.
Walau sudah memiliki caranya tersendiri dalam menghadapi anak tantrum, Shireen pun mengaku masih sering kesulitan.
Pasalnya, orangtua pasti selalu merasa kesulitan untuk tidak ikut marah ketika anak sedang tantrum.
Anak yang tantrum memang harus dihadapi dengan sabar dan orangtua disarankan untuk tidak memarahi anak.
Melansir Kompas.com, tantrum ternyata memiliki manfaat tersendiri bagi perkembangan psikologis anak.
Beberapa manfaat tantrum di antaranya adalah membuat anak belajar menghadapi situasi mengecewakan dan membantu menghilangkan stress.
Anak yang tantrum tidak mengetahui bagaimana caranya mengatur emosi sehingga mereka menangis dan marah.
Namun, seiring bertambahnya usia, anak akan menyadari bahwa kemarahan dan kekecewaan bisa dihadapi dengan berbicara.
Oleh karena itulah anak membutuhkan peran orangtua untuk membantu mengatur emosinya. (*)