Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa DienfitriGrid.ID - Belum lama ini, viral sebuah video yang memperlihatkan sejumlah santri menutup telinga saat terdengar musik di tempat vaksinasi Covid-19.Melansir kompas.com, keterangan video viral itu mengatakan bahwa para santri menutup telinga karena tidak ingin mendengarkan suara musik.Sontak, video viral santri menutup telinga saat terdengar musik yang bertebaran di media sosial itu menuai pro kontra dari netizen.Cuplikan video viral itu dibagikan juga oleh politikus sekaligus Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Diaz Hendropriyono, melalui Instagram.Menurut Diaz Hendropriyono, aksi para santri yang menutup telinga saat terdengar musik ini menunjukkan bentuk pendidikan yang salah."Sementara itu... Kasian, dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There's nothing wrong to have a bit of fun!!," tulis Diaz dikutip dari unggahannya.Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud, turut angkat bicara menanggapi video viral tersebut.
Marsudi Syuhud menyebut aksi para santri untuk menutup telinga hanya perkara pilihan mau mendengarkan musik atau tidak."Hidup itu pilihan. Pilihan-pilihan banyak. Orang makan aja banyak pilihan, ada singkong ada tempe. Begitu pula mau dengerin atau tidak dengerin, ya biasa saja.""Mau dengerin musik atau tidak, itu sebuah pilihan," kata Marsudi Syuhud dikutip dari tayangan YouTube TV One via Tribunnews.com, Kamis (16/9/2021).Hal serupa juga diungkapkan aktivis Islam, Yenny Wahid.Yenny Wahid justru mengapresiasi guru para santri tersebut yang telah memfasilitasi muridnya untuk melakukan vaksinasi Covid-19.“Saya senang para gurunya mengatur agar mereka divaksinasi.""Dengan divaksin, mereka bukan saja melindungi dirinya tetapi juga orang-orang di sekelilingnya dari ancaman Covid-19,” tulisnya lewat akun Instagram @yennywahid.
Menurut Yenny Wahid, sah-sah saja jika para santri tersebut melakukan aksi menutup telinga saat terdengar musik.Lagipula, Yenny mengakui bahwa sulit bagi santri untuk menghafal Al-Quran.Yenny pun menuturkan pengalaman sahabatnya bernama Gus Fatir yang bahkan belajar menghafal Al-Quran sejak umur 5 tahun.“Beliau mengatakan bahwa memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsentrasi dalam upaya menghafal Quran,” ujar Yenny.“Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Quran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal,” imbuhnya.
(*)