Laporan Wartawan Grid.ID, Silmi Nur Aziza
Grid.ID - Pilu menyayat hati saat seorang tenaga medis membagikan kisah tentang seorang pasien Covid-19 yang ditanganinya.
Ialah pemilik akun @citracesilia yang membagikan kisah menguras air mata itu melalui Instagram @kamartidurminimalis.
Melalui pantauan Grid.ID, postingan yang diunggah pada Jumat (17/9/2021) tersebut mengisahkan seorang istri yang juga ibu dari pasien penderita Covid-19.
Memulai kisahnya, Citra mengungkap bahwa pasiennya yang merupakan seorang anak telah menjalani perawatan selama 3 minggu lantaran Covid-19.
Si anak bahkan sampai mengalami gejala berat dari Covid-19.
Segala cara pun dilakukan oleh tim medis phak rumah sakit untuk menangani anak tersebut.
Namun, di tengah perawatan, ibu dari si anak menelpon sang dokter agar menyembunyikan ponsel anaknya.
Bukan tanpa alasan, sang ibu takut apabila anaknya memerika ponsel dan mendapati fakta bahwa ayahnya telah meninggal dunia.
Ia tak mau membuat kondisi anaknya drop saat mendengar kabar kepergian sang ayah.
Dan yang lebih menyayat hati, sang ibu terdengar begitu tenang saat menyampaikan permintaan tesebut.
Saat ditemui pun, ibu itu terlihat duduk sendiri di selasar sembari menanyakan apakah ponsel anaknya
Rupanya, sang ibu begitu ketakutan, "Saya takut anak saya menyusul ayahnya," kata ibu tersebt.
Mendengar penuturan sang ibu, dokter hanya bisa memberi penyemangat dan memintanya bersabar.
Siapa sangka, tangis sang ibu pecah dalam pelukan dokter.
Sang dokter kembali menceritakan bagaimana si ibu ini menjadi wali pasien yang paling sabar.
Pasalnya, ia bersabar saat rumah sakit belum bisa memberikan fasilitas maksimal untuk anaknya.
Bahkan ia terlihat begitu menerima keadaan meski hal itu membuat beberapa orang berpikir bahwa ia terlalu cuek untuk anaknya.
Kondisi tersebut membuat sang dokter ingat sebuah ungkapan yang sangat cocok dengan keadaan si ibu.
"Air mata bukan untuk orang miskin," yang mana berarti bahwa kehidupan mereka begitu berat sampai tak punya waktu untuk bersedih dalam waktu yang lama.
Benar saja, si ibu hanya menangis sebentar sebelum bangkit dan memutar kepala untuk menyiapkan pemakaman sang suami dan tetap memantau kondisi buah hatinya.
Dan setelah 23 hari perawatan, si anak akhirnya mendapat ruang di ICU sehingga si ibu bisa mengurus pemakaman suaminya.
Bahkan, donor pun diterima sang anak.
Menjadi saksi hidup darah, keringat, dan air mata si ibu, sang dokter pun mendapat tiga pembelajaran penting tentang kehidupan.
Baca Juga: So Sweet! Ini Hal yang Ingin Dilakukan RM BTS Saat Bertemu ARMY Pasca Pandemi Usai
23 hari bertahan dengan keadaan yang super kacau, jelas bukan hal yang mudah dilalui.
Tentu membutuhkan hati seluas samudera untuk menerima kematian sang suami, ditambah kondisi sang buah hati.
Namun pada akhirnya, sang ibu harus kembali menerima ujiannya.
Baca Juga: Kalbe dan Kompas Gramedia Dukung Percepatan Vaksinasi Masyarakat di Kabupaten Bandung
Anaknya menyerah pada kehidupan.
Sebuah tangkapan layar yang mengaarkan bahwa anak ibu tersebut meninggal dibagikan oleh sang dokter dengan keadaan masih positif Covid-19.
Sekali lagi sang dokter menemukan si ibu dengan kondisi menyayat hati.
Mata bengkak, si ibu berusaha tabah di selasar rumah sakit bersama keluarga pasien lain.
Tak ada satu pun keluarga yang mau datang lantaran takut tertular.
Melihat kondisi si ibu, sang dokter segera menghampiri, memberikan pelukan sembari menumpahkan air mata bersama.
(*)