Laporan Wartawan Grid.ID, Hana Futari
Grid.ID - Marcella Zalianty harus menerima cobaan tatkala putra keduanya dengan Ananda Mikola, Aryton Magali Sastra, pernah mengidap tumor otak.
Putra Marcella Zalianty dan Ananda Mikola itu menderita tumor otak sejak berusia balita.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, sebelum tahu sang anak idap tumor otak, Marcella Zalianty sempat menaruh kecurigaan.
Pasalnya, bocah yang akrab disapa Magali itu selalu menangis.
Terlebih, Magali yang saat itu baru berusia setahun belum bisa mengungkapkan apa yang dirasakan lewat kata-kata.
"Dulu waktu dia kecil, kenapa akhirnya kita curiga karena memang dia nangis-nangis, pusing, tapi kan dia di usia belum 1 tahun belum bisa ngomong," kata Marcella Zalianty dikutip dari kanal YouTube TS Media, Minggu, (1/7/2021).
Setelah diketahui mengidap tumor otak, Magali sempat menjalani 2 kali operasi sebagai upaya mengobati penyakitnya itu.
Menurut Marcella Zalianty, meski kini buah hatinya sudah dinyatakan sehat, namun ia tetap menjalani pantangan makanan.
Sementara itu, dikutip Grid.ID dari Gridhealth.id, ada 6 barang yang kerap ditemui dan ternyata bisa menjadi penyebab dari tumor otak pada anak.
Berikut 6 barang yang harus diwaspadai agar tidak menjadi pemicu tumor otak pada anak.
Makanan kemasan
Makanan kemasan begitu mudah dijumpai di sekitar dan tak jarang dikonsumsi anak-anak.
Di balik fungsinya yang praktis, dalam makanan kemasan ternyata terdapat kandungan yang membahayakan kesehatan, bahkan menjadi pemicu kanker dan tumor.
Dilansir dari NCBI, meski praktis, ternyata makanan kemasan mengandung pengawet dan pemanis buatan, yaitu vinil klorida yang menjadi penyebab utama munculnya tumor pada otak.
Makanan dengan pemanis buatan
Pemanis buatan aspartam memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
Jika dikonsumsi tubuh, terdapat zat penyakit yang menyebabkan kanker otak, yaitu DKP.
Apabila sering mengonsumsi makanan manis, membuat anak lebih banyak mengonsumsi DKP yang bisa memicu munculnya tumor pada otak anak.
Daging merah dan daging olahan
Daging merah diketahui memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Akan tetapi, daging merah atau daging olahan rupanya cukup berbahaya bila dihidangkan dengan cara yang tak sehat.
Daging merah seperti daging sapi atau kambing, merupakan bahan makanan pemicu timbulnya tumor otak.
Bahkan lebih berisiko lagi apabila daging merah dimasak dengan cara dibakar, karena zat dalam daging menjadi bersifat karsinogenik.
Sementara itu, daging olahan seperti sosis atau kornet, termasuk makanan yang mengandung pengawet dengan zat pemicu tumor otak yang tinggi.
Tak hanya diolah dalam bentuk kaleng, daging dan sayur yang dengan sengaja diawetkan dengan zat kimia juga memiliki risiko tinggi timbulnya tumor otak.
Ponsel
Tak hanya memberi ponsel pada anak sejak kecil, rupanya keberadaan telepon genggam milik orangtua di dekat buah hati juga bisa memicu tumor otak.
Dalam artikelnya, Health Line menulis bahwa ponsel memiliki sinar radiofrekuensi (RF) atau radiasi yang berbahaya bagi otak manusia.
Radiasi yang dibawa ponsel diterima otak dan efeknya akan berisiko memicu timbulnya tumor otak.
Hal tersebut yang membuat ahli kesehatan tak menyarankan anak untuk bermain ponsel.
Bahkan orangtua disarankan untuk menjauhkan ponsel dari anak karena tumor otak yang diidap anak bisa saja muncul dan bisa terdeteksi dalam waktu yang lama.
Barang Elektronik
Barang elektronik memang sulit dihindarkan dari jangkauan anak-anak.
Namun, keberadaan benda elektronik bisa memberikan dampak buruk bagi anak-anak.
Paparan medan elektromagnetik yang terdapat pada barang elektronik juga bisa jadi sebab utama timbulnya tumor pada otak anak.
Dilansir dari cancer.org, terlalu sering mendekatkan anak dengan berbagai barang elektronik akan membuat risiko tumor otak dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan anak yang dijauhkan dari barang elektronik.
WiFi
WiFi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar orang, terutama yang tinggal di perkotaan.
Rumah serta kantor pun tak jarang yang menggunakan WiFi untuk menunjang pekerjaan atau gaya hidup.
WiFi menggunakan teknologi nirkabel yang bergantung pada luas dan kekuatan jaringan antena tetap (fixed antenna), atau BTS untuk menyampaikan informasi dengan RF.
Menurut WHO yang dilansir dari Kompas.com, studi 15 tahun belakangan ini menemukan bahwa frekuensi yang ditimbulkan jaringan WiFi dari pemancar dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor otak pada penggunannya.
Agency for Research Cancer (IARC) berhasil membuktikan bahwa WHO telah menyampaikan bahwa radiasi yang terdapat pada WiFi merupakan golongan 2B bersifat karsinogen dan memicu timbulnya tumor serta kanker otak.
(*)