Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Tega nian ibu satu ini, tak tahan dengan kemiskinan, ia pun tempuh jalan pintas.
Melansir Kompas.com pada Sabtu (25/9/2021), ibu ini tergiur bujuk rayu dukun cabul demi kekayaan.
Ibu berinisial ZY (45) asal Muna, Sulawesi Tenggara ini bertemu dengan dukun berinisial AU yang mengaku bisa menjadi perantara pesugihan pada 2019.
Tak tahan dengan kemiskinan, ibu ZY itu pun tertarik melakukan pesugihan di penginapan Raha.
Dukun AU pun melakukan modusnya, ia memaksa ZY melayani nafsu bejatnya jika ingin memperoleh kekayaan.
"ZY melayani AU untuk berhubungan badan, setelah melayani, ZY diberikan benda yang dibungkus kain putih dan diminta disiram air setiap malam,” ujar polisi.
Tak sampai di situ dukun AU juga meminta ZY membawa perempuan lain untuk melanjutkan modus ritual pesugihan itu.
Tak mendapat wanita lain, ZY dengan tega menyetorkan anaknya sendiri untuk diperkosa AU.
Ia mengancam hingga anaknya mau menuruti perintahnya.
Ritual pesugihan ini pun terungkap saat sang ayah pulang dari perantauan.
Anaknya pun mengadu bahwa menjadi korban dari ritual pesugihan bejat ZY dan AU.
Pihak ayah dan keluarga pun langsung melaporkan kasus ini ke Mapolres Muna.
ZY kini ditahan sementara AU dalam proses pengejaran.
Praktik pesugihan masih sering dipercayai oleh sebagian besar masyarakat.
Dilansir dari Tribunnews.com, Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum menyebutkan tiga faktor mengapa isu pelaris masih dipercayai masyarakat.
Pertama adalah tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah membuat sebagian besar masyarakat masih mempercayai praktik pesugihan.
"Masyarakat yang kurang terdidik, biasanya masih percaya kepada pesugihan," ujar Bani.
Selanjutnya ialah, kebanyakan orang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Semakin miskin, maka semakin berpotensi seseorang untuk tergiur mempercayai pesugihan yang menawarkan fantasi jalan keluar dari kemelaratan.
Ketiga, masih adanya pihak-pihak yang diuntungkan dengan adanya pesugihan seperti juru kunci, dukun, hingga penjual barang gaib.
"Karena ada agen-agen yang mengingkan hal seperti itu tetap ada dan berlanjut," lanjut Bani.
(*)