Laporan Wartawan Grid.ID, Hananda Praditasari
Grid.ID - Munculnya jerawat pertama, menstruasi hingga perubahan suara yang datang tiba-tiba pada anak-anak sering membuat orang khawatir.
Bagaimana tidak? Ini menjadi salah satu bukti bahwa anak sudah mulai remaja dan megalami masa pubertas.
Nah, kendati demikian, beberapa mitos umum tentang pubertas pun mulai menjadi nasihat yang tidak boleh diabaikan.
Melansir Pinkvilla.com, inilah 4 Mitos umum tentang pubertas yang sama sekali tidak benar.
Simak baik-baik ya! Mitos 1: Seseorang tidak boleh menyentuh acar saat sedang menstruasi
Fakta: Sebagian besar anak perempuan pasti diberitahu oleh orang tua atau kakek-nenek mereka.
Dan beberapa dari kita bahkan menganggapnya begitu serius sehingga sampai saat ini kita bahkan mungkin tidak menyentuh toples acar.
“Ini sama sekali tidak benar. Tidak ada logika di baliknya.
Ini adalah fenomena tubuh dan tidak ada hubungannya dengan jenis makanan yang disentuh seseorang.
Wanita, sama seperti pekerjaan sehari-hari lainnya, dapat memasak dan menyentuh makanan apa pun yang mereka inginkan.
Itu tidak akan membuat acar membusuk,” kata Dr. Ruchi Srivastava, Profesor dan Ginekolog Senior, Rumah Sakit Sharda, Greater Noida.
Mitos 2: Darah haid tidak murni
Fakta: Banyak dokter mengabaikan aliran pemikiran ini.
“Darah haid sama seperti darah biasa dan tidak ada yang perlu merasa malu atau kotor tentang hal itu.
Kita tidak boleh lupa bahwa menstruasi adalah proses normal dan merupakan validasi bahwa tubuh kita baik-baik saja,” kata Srivastava.
Mitos 3: Jerawat itu najis
Fakta: Meski tidak banyak, tetapi beberapa orang percaya bahwa jerawat selama atau setelah pubertas adalah najis. Namun, tidak.
Ini adalah hasil dari hormon yang terburu-buru dalam tubuh dan, kurang lebih, dapat diobati oleh seorang praktisi medis.
Mitos 4: Tidak ada perubahan tinggi badan setelah mencapai pubertas adalah pertanda buruk
Fakta: Biasanya, pada anak laki-laki, usia rata-rata mencapai pubertas, menurut beberapa ahli, adalah 10 hingga 18 tahun.
Seorang anak laki-laki tidak perlu menambah tinggi badan segera setelah ia mencapai pubertas.
Itu semua tergantung pada genetika dan dapat memakan waktu.
(*)