Dengan ide kreatifitas mereka yang “out of the box” diharapkan dunia batik Indonesia bisa semakin beradaptasi dan terus berinovasi agar tetap kekinian dengan selera masa depan.
Peserta Batik Fever Challenge juga bisa datang ke Batik Fever Exhibition di Atrium Ashta District dan mengambil momen-momen seru di berbagai spot yang instragramable.
Pengalaman seru yang disebarkan ke berbagai aplikasi sosial media yang ada ini diharapkan bisa menciptakan “demam” batik di kalangan generasi muda.
Kegiatan-kegiatan ini diharapkan bisa menggairahkan kaum milenial.
Bukan hanya mencintai batik Indonesia, tetapi juga memahami dan mengapresiasi sejarah proses pembuatannya.
Karena di tangan merekalah, masa depan batik Indonesia berada.
Acara Batik Fever Exhibition juga semakin semarak karena setiap akhir pekan pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai penawaran menarik.
Seperti mendapatkan masker gratis, berfoto bersama influencer, menikmati musik dan berfoto bersama DJ Para Milenial Beberapa karya disainer lokal batik Indonesia juga ikut dihadirkan dalam acara Gelar Batik Nusantara, di Atrium Ashta District.
Seperti Dharma Pertiwi, Bin House, Edward Hutabarat, Danar Hadi, Parang Kencana, Galeri Batik Jawa, Batik Keris, Bi Official, Alun Alun Indonesia dan Termasuk batik para perajin dari berbagai daerah yang selama ini bergabung dalam pameran dan penjualan batik di Rumah Cikatomas - YBI.
Dengan menunjukkan aplikasi Peduli Lindungi, acara ini diharapkan tetap dapat dinikmati tanpa mengabaikan protokol kesehatan.
Setiap jaman memiliki tantangannya sendiri, setiap tantangan sejatinya bisa dilewati.
Kita bisa memilih, apakah hanya akan berdiam diri, atau menjadi bagian dari solusi.
Langkah kita, sekecil apapun itu, akan membawa angin segar dan menghembuskan energi baru untuk industri batik Indonesia.
Terutama dari sisi generasi muda Indonesia. Karena di tangan generasi mudalah, masa depan batik Indonesia berada.
Batik kita hari ini, bisa memberi arti dan mewujudkan mimpi mereka di kemudian hari.
(Pebby Adhe Liana)
(*)