Grid.ID - Menyambut Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober, Yayasan Batik Indonesia menyelenggarakan beberapa kegiatan.
Hari Batik Nasional sendiri, ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, setelah UNESCO memberikan pengakuan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpiece of The Orals and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 29 September 2009.
Sebagai bagian dari Organisasi PBB yang menangani Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO memiliki peran untuk meningkatkan kesadaran mendorong masyarakat setempat agar ikut melestarikan kekayaan warisan budaya yang dimiliki.
Rangkaian kegiatan Yayasan Batik Indonesia dibuka dengan Acara Membatik Bersama Mendunia di Pendopo Halim Perdana Kusuma, bersama Dharma Pertiwi Indonesia.
Kegiatan membatik yang juga dimeriahkan peragaan busana batik Indonesia.
Selanjutnya, bersama Museum Tekstil Jakarta, YBI mengadakan Peringatan Hari Batik Nasional di Museum Tekstil Jakarta.
Dalam kesempatan ini, secara simbolis YBI akan memberikan bantuan berupa uang tunai kepada perajin batik dari berbagai daerah.
Peringatan Hari Batik Nasional juga ditandai dengan penyerahan secara simbolis kain batik lawas koleksi YBI kepada 15 kepala perwakilan (KBRI/ KJRI) di luar negeri.
Icon menarik yang diharapkan bisa menjadi daya tarik pengunjung adalah Healing Tree (pohon Penyembuhan) yang menjadi tema Hari Batik Nasional 2021.
Pohon pemulihan dalam ukuran raksasa, berhiaskan kain-kain batik dari berbagai daerah.
Healing Tree yang berhiaskan kain batik Motif Tambal, Motif Gringsing dan Motif Udan Liris merupakan kearifan tradisi leluhur kita.
Ketiga kain batik klasik ini memiliki makna menyembuhkan (Batik Tambal), menghindari kehampaan (Batik Gringsing) dan bertahan dari segala permasalahan (Batik Udan Gringsing).
Semangat pemulihan bagi industri batik Indonesia ini, sejalan dengan angin segar yang mulai berhembus di industri batik Indonesia pada saat ini.
Beberapa sentra industri mulai bangkit, dengan melihat peluang pasar internasional.
Peranan teknologi juga semakin memudahkan perajin, tetapi juga menuntut kita semua untuk semakin membuka wawasan.
Sudut unik lainnya adalah Batik Wonderland.
Sebuah metafora perjalanan ke negeri impian, dengan impresi kombinasi motif batik dan seni pop art milenial.
Bertaburkan pesona kekayaan alam Indonesia dan flora dan fauna Indonesia.
Dengan instalasi pop up dua dimensi dan tiga dimensi, memberikan aura baru yang eye-catching.
Generasi muda juga diajak berpartisipasi dengan mengikuti Batik Fever Challenge.
Sebuah lomba membuat ide konten kreatif dengan menggunakan batik Indonesia.
Batik Fever Challenge sendiri terbuka untuk generasi muda di manapun mereka berada.
Dengan ide kreatifitas mereka yang “out of the box” diharapkan dunia batik Indonesia bisa semakin beradaptasi dan terus berinovasi agar tetap kekinian dengan selera masa depan.
Peserta Batik Fever Challenge juga bisa datang ke Batik Fever Exhibition di Atrium Ashta District dan mengambil momen-momen seru di berbagai spot yang instragramable.
Pengalaman seru yang disebarkan ke berbagai aplikasi sosial media yang ada ini diharapkan bisa menciptakan “demam” batik di kalangan generasi muda.
Kegiatan-kegiatan ini diharapkan bisa menggairahkan kaum milenial.
Bukan hanya mencintai batik Indonesia, tetapi juga memahami dan mengapresiasi sejarah proses pembuatannya.
Karena di tangan merekalah, masa depan batik Indonesia berada.
Acara Batik Fever Exhibition juga semakin semarak karena setiap akhir pekan pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai penawaran menarik.
Seperti mendapatkan masker gratis, berfoto bersama influencer, menikmati musik dan berfoto bersama DJ Para Milenial Beberapa karya disainer lokal batik Indonesia juga ikut dihadirkan dalam acara Gelar Batik Nusantara, di Atrium Ashta District.
Seperti Dharma Pertiwi, Bin House, Edward Hutabarat, Danar Hadi, Parang Kencana, Galeri Batik Jawa, Batik Keris, Bi Official, Alun Alun Indonesia dan Termasuk batik para perajin dari berbagai daerah yang selama ini bergabung dalam pameran dan penjualan batik di Rumah Cikatomas - YBI.
Dengan menunjukkan aplikasi Peduli Lindungi, acara ini diharapkan tetap dapat dinikmati tanpa mengabaikan protokol kesehatan.
Setiap jaman memiliki tantangannya sendiri, setiap tantangan sejatinya bisa dilewati.
Kita bisa memilih, apakah hanya akan berdiam diri, atau menjadi bagian dari solusi.
Langkah kita, sekecil apapun itu, akan membawa angin segar dan menghembuskan energi baru untuk industri batik Indonesia.
Terutama dari sisi generasi muda Indonesia. Karena di tangan generasi mudalah, masa depan batik Indonesia berada.
Batik kita hari ini, bisa memberi arti dan mewujudkan mimpi mereka di kemudian hari.
(Pebby Adhe Liana)
(*)