Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Soimah dikenal sebagai penyanyi dan pembawa acara papan atas Indonesia.
Suara merdunya bisa membius siapa saja yang mendengarkan.
Tidak heran, Soimah bisa menduduki puncak popularitas hingga hidup berkecukupan sekarang.
Dari hasil kerja kerasnya itu, Soimah bisa membeli apa pun yang dia inginkan, termasuk bawang-barang mewah.
Mengutip Kompas.com, koleksi tas dan jam tangan wanita bernama lengkap Soimah Pancawati itu memang memiliki harga fantastis dari berbagai merk ternama.
Akan tetapi, sekarang ibu dua anak itu memilih untuk menjual barang-barang mewahnya.
Bukan tanpa alasan, Soimah menjelaskan bahwa hal tersebut dinilai berlebihan.
"Dari hidup miskin ke kaya ini sebenarnya apa yang dicari?" kata Soimah dalam salah satu video YouTube Deddy Corbuzier.
"Saya pernah merasakan OKB (orang kaya baru), zaman awal-awal, punya duit, opo wae (apa saja) dibeli, semakin ke sini 'iki opo to jane', (ini sebenarnya apa sih)? Buat apa? punya satu aja udah cukup," lanjutnya.
Ia merasa tidak membutuhkan lagi barang-barang mewah tersebut dan memilih untuk hanya menyisakan satu atau dua barang, menurutnya itu sudah cukup.
"Selain jam, tas-tas, satu lemari 'iki nggo opo jane?' iki bukan fashion-ku, aku sebenarnya enggak gitu, itu bukan aku," kata Soimah.
Awalnya, Soimah mengoleksi tas mewah untuk investasi.
Akan tetapi, ia justru lebih nyaman memakai tas biasa anyaman dari pasar.
Uang dari penjualan barang-barang mewahnya itu pun akhirnya digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Membeli barang-barang mewah memang pilihan setiap orang.
Akan tetapi, kalau sudah sangat berlebihan juga bisa jadi bahaya.
Dilansir Grid.ID dari Money Talks News, iniah tanda-tanda kecanduan belanja yang perlu diwaspadai.
1. Banyak barang yang belum pernah dipakai
Perhatikan barang-barang yang kamu pilih sendiri dan belum dibuka atau dengan label masih terpasang.
Kamu mungkin lupa tentang beberapa pembelian baju dan sepatu yang belum pernah dibuka sebelumnya.
2. Sering membeli barang yang tidak dibutuhkan
Kamu mungkin dengan mudah tergoda oleh barang-barang yang tak terpikirkan sebelumnya.
Kamu sangat memiliki obsesi, seperti sepatu atau tas desainer tertentu.
3. Frustrasi memicu keinginan untuk berbelanja
Belanja kompulsif adalah upaya untuk mengisi kekosongan emosional, seperti kesepian, kurang kontrol atau kurang percaya diri.
Shopaholic juga memiliki kecenderungan untuk menderita gangguan mood, gangguan makan, dan masalah penyalahgunaan zat.
Jika cenderung konsumsi makanan yang menenangkan setelah hari yang buruk, kamu juga mungkin lebih cenderung menikmati belanja.
4. Kegembiraan saat membeli
Para shopaholic mengalami adrenalin yang tinggi atau terpacu dari tindakan membeli suatu barang.
Dopamin, zat kimia otak yang terkait dengan kesenangan, sering dilepaskan dalam gelombang ketika pembeli melihat barang yang diinginkan dan mempertimbangkan untuk membelinya.
Nah, kondisi kegembiraan ini bisa menjadi adiktif.
5. Pembelian diikuti perasaan menyesal
Rasa bersalah setelah berbelanja tidak terbatas pada pembelian besar saja.
Sebaliknya, pembeli kompulsif sering tertarik pada penawaran barang murah, dan mereka mungkin menyesalinya karena banyak pembelian kecil menumpuk.
6. Mencoba menyembunyikan kebiasaan belanja
Jika takut ketahuan selalu belanja online oleh rekan kerja, ini bisa menjadi tanda kamu menghabiskan uang dengan mengorbankan keluarga atau pekerjaan.
7. Cemas ketika hari-hari tidak berbelanja
Mungkin hal biasa kalau merasa cemas jika belum menikmati secangkir kopi pagi.
Tetapi jika merasa gelisah karena belum menggesek kartu debit sepanjang hari, waspadalah!
8. Belanja di luar kemampuan
Mungkin kamu memaksimalkan kartu kredit dan membuka yang baru untuk terus membeli barang.
Hati-hati! Utang yang menumpuk mungkin juga menggoda kamu untuk berbohong atau mencuri.
Sebaiknya, temukan aktivitas baru misalnya olahraga, mendengarkan musik, bermeditasi, membaca buku, dan menonton TV.
Itu semua bisa jadi kegiatan pengganti belanja.
(*)