Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Meski sudah lama berlalu, kisah kematian Putri Diana seolah-olah menjadi sejarah yang paling menarik untuk dibahas.
Terutama tewasnya Putri Diana karena kecelakaan lalu lintas, tragedi tersebut seolah-olah menyimpan misteri dan konspirasi.
Di mana Putri Diana dikabarkan sengaja dibunuh oleh pihak anggota kerajaan Inggris.
Seperti yang diketahui, Putri Diana tewas bersama kekasihnya, Dodi Fayed, pada kecelakaan maut tersebut.
Dikutip Grid.ID melalui Nova, Minggu (10/10/2021), tak hanya itu, diam-diam Putri Diana juga diduga tengah mengandung anak Dodi Fayed.
Pernyataan ini pun sempat terungkap oleh ayah Dodi Fayed yang menduga kematian putranya serta Putri Diana telah direncanakan oleh keluarga Kerajaan.
Jika Putri Diana masih hidup dan melahirkan anak dari Dodi, anak tersebut kemungkinan akan menjadi penguasa Inggris.
Karena itulah, banyak orang menduga jika salah seorang anggota Kerajaan telah merencanakan kematian Putri Diana dan Dodi.
Ada lagi teori lainnya, salah satunya Putri Diana dibunuh agar Pangeran Charles bisa menikah lagi dengan Camilla Parker.
Kehidupan Putri Diana yang penuh dengan lika-liku tersebut ternyata mempengaruhi dan menghantui sang anak, Pangeran Harry.
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Minggu (10/10/2021), Pangeran Harry mengaku takut "sejarah bakal kembali terulang", berkaitan dengan kematian ibunya, Putri Diana.
Harry dan istrinya, Meghan Markle, mengejutkan dunia ketika mengumumkan bakal mundur dari Kerajaan Inggris pada Januari 2020.
Mereka kemudian tinggal di Amerika Serikat (AS), dan melakukan sejumlah wawancara, salah satunya bersama Oprah Winfrey.
Dalam potongan klip yang dirilis CBS, pangeran bergelar Duke of Sussex itu membahas kematian ibunya pada 1997 silam.
Saat itu, Putri Diana tewas di terowongan Pont de l'Alma bersama kekasihnya, Dodi Fayed karena menghindari paparazzi.
Kepada Oprah, Pangeran Harry menuding institusi media massa berkontribusi terhadap kematian ibunya di usia 36 tahun.
"Ketakutan terbesar saya adalah sejarah akan terulang dengan sendirinya," ujar Harry dalam wawancara yang bakal disiarkan 7 Maret.
Dilansir AFP Senin (1/3/2021), pangeran berusia 36 tahun itu dikenal punya hubungan buruk dengan media Inggris.
Karena itu, dia mengaku bahagia karena bisa hidup di AS, melakukan wawancara dengan Oprah sambil memegang tangan Meghan Markle.
"Karena saya tak bisa membayangkan bagaimana saya menjadi seperti dirinya (Diana), menjalani proses itu sendirian selama bertahun-tahun," paparnya.
Dia mengaku berat mengambil keputusan untuk meletakkan jabatan sebagai bangsawan Kerajaan Inggris pada tahun lalu.
Pasangan tersebut tengah menggulirkan sejumlah tuntutan hukum terhadap media Inggris.
Salah satu tuntutan adalah pelanggaran privasi, di mana Harry dan Meghan bisa menang melawan Associated Newspapers pada Februari.
Dalam cuplikan wawancara pekan lalu, putra kedua Pangeran Charles itu menyebut tabloid di negaranya sudah menghancurkan kesehatan mentalnya.
Hadir dalam acara The Late Late Show, Harry memberi tahu James Corden bahwa media Inggris itu begitu "toxic".
"Jadi saya melakukan seperti layaknya suami dan ayah. Saya harus membawa keluarga saya keluar," ujar dia menerangkan kenapa dia pindah ke AS.
Dia mengaku lebih nyaman dengan penggambaran keluarganya di drama The Crown yang ditayangkan oleh Netflix, daripada oleh tabloid setempat.
Pada Februari 2020, Istana Buckingham mengumumkan pasangan itu secara resmi sudah mundur dari tugas sebagai keluarga kerajaan.
Oleh sang nenek Ratu Elizabeth II, Pangeran Harry dan Meghan Markle diperintahkan untuk menanggalkan segala gelar kehormatan mereka.
(*)