"Ada 10, 6 dari Yogyakarta, 4 dari Jakarta, kami kebetulan basic dari kampus yang sama, program studi Design Komunikaso Visual dari berbagai angkatan, semoga bermanfaat bagi kami dan buat yanh lain, intinya smnagat menjaga spirit berkarya semoga bisa diapresiasi dengan baik," ungkap Rizal Masilu. Disamping itu, Kurator Pameran Njelimet, Arief Budiman, menyampaikan makna dari karya dalam pameran ini yaitu situasi sulit saat ini diharapkan bisa menggugah pentingnya ikhtiar dan harapan dalam hidup."Njelimet menjadi tema pameran ini merefleksi kehidupan kita yang hampir 2 tahun ini menjalani kehidupan masa Covid-19, memunculkan ketidakjelasan, tantangan, ketidaktahuan dimana ujung berakhirnya, perupa ini merespon dengan karya memaknai segala duka, segala hal yang membuat beban hidup bertambah, melalui karya sehingga menjadi respon yang semoga bisa menggugah kesadaran pentingnya ikhtiar dan pentingnya harapan."
"Njelimet kehidupan ini juga perlu kita syukuri, tidak ada hal yang terjadi dalam kehidupan kita kecuali dengan alasan tertentu memberi kesempatan berbuat lebih baik pada orang lain, menguatkan kita di masa yamg akan datang," ungkap Kurator Pameran Njelimet, Arief Budiman.Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Sutta Dharmasaputra, mengungkapkan harapannya dengan digelarnya pameran Njelimet ini."Melalui kreasi garis dan warna oleh 10 perupa diharap memberikan inspirasi menghadapi tanyangn dan menjalani hidup yang tidak mudah menjadi lebih baik. Pablo Picasso pernah mengatakan tujuan seni ternyata membersihkan debu kehidupan sehari-hari dari kehidupan kita."
"Harian Kompas sejak lama memberi ruang bagi para perupa di negri ini menyampaikan karya-karyanya yang luar biasa dalam bentuk ilustrasi, cerpen, grafis, kartun, karikatur. Semoga kegiatan ini memantik kolaborasi lainnya yang lebuh baik di masa yang akan datang," ungkap Sutta Dharmasaputra selaku Pemimpin Redaksi Harian Kompas.
Baca Juga: Wave of Tomorrow 2019 Hadirkan Pameran Seni Berbasis Teknologi
(*)