Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Belakangan ini, Ayu Ting Ting sibuk dengan pertikaiannya dengan salah satu hatersnya, Kartika Damayanti.
Dikutip dari Grid.ID, Kartika Damayanti, pemilik akun @gundik_empang dilaporkan ke polisi karena telah menghina anak semata wayang Ayu Ting Ting.
Bahkan, pedangdut berusia 29 tahun ini kembali melaporkan Kartika Damayanti dengan pasal khusus UU ITE karena telah menghina keluarganya di media elektronik.
Di tengah kesibukannya untuk memenjarakan haters, Ayu Ting Ting masih sempat memberikan hadiah kepada Ruben Onsu dan Sarwendah.
Ruben Onsu dan Sarwendah sendiri baru saja merayakan hari ulang tahun pernikahannya yang ke delapan pada 22 Oktober 2021.
Uniknya, pelantun Alamat Palsu itu memberikan hadiah roti buaya yang khasi digunakan orang Betawi untuk seserahan.
“Kenapa dipilih buaya? Karena buaya itu hewan yang paling setia sama pasangannya di dalem air. Gue berharap, Wendah dan lu selalu setia dan bahagia,” jelas Ayu yang dikutip dari Youtube Trans TV Official via Kompas.com.
Selain menjadi lambang kesetiaan suami istri, ada beberapa fakta roti buaya yang menarik untuk diulas.
Berikut adalah fakta roti buaya yang dikutip Grid.ID dan Kompas.com.
Manifestasi siluman buaya
Kono, roti buaya merupakan manifestasi dari pemahaman masyarakat Betawi terhadap siluman buaya.
Menurut Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, siluman buaya dipercaya tinggal di sumber mata air di lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat Betawi.
“Karena si buaya siluman ini menjaga salah satu sumber kehidupan yakni entuk atau sumber mata air,” jelas Yahya.
Filosofi kehidupan baru dan lambang suami istri
Seperti yang telah disebutkan, roti buaya biasanya diberikan kepada pasangan yang akan menikah sebagai seserahan.
Roti buaya yang berukuran lebih besar melambangkan memepelai pria sedangkan yang lebih kecil melambangkan mempelai wanita.
Selain itu, roti buaya sendiri merupakan simbol melanjutkan kehidupan baru yaitu kehidupan sebagai suami dan istri.
Dulu tidak terbuat dari roti
Ternyata, untuk menjadi seserahan, roti buaya hanya dibuat dengan anyaman daun kelapa atau kayu.
Pada akhir abad ke 17 dan 18, sebuah industry pabrik roti mulai masuk Nusantara dan kemudian mengubahnya menjadi roti buaya.
Konon, hal ini bermula sejak masuknya bangsa Eropa ke Batavia di mana roti merupakan makanan yang langka dan mahal.
Akhirnya, roti dipilih menjadi bahan dasar roti buaya karena melambangkan kemakmuran.
Dulu tidak boleh dimakan
Walau sudah dibuat dengan bahan dasar roti, dulunya roti buaya tidak boleh dimakan dan hanya menjadi pajangan.
“Sesudah anak perawannya mendapat lamaran pemuda dan sudah ada ijab kabul, maka itu dipajang sebagai tanda. Entah ditempelkan di garda depan rumah atau disimpan di lemari pajangan,” ujar Yahya.
Tradisi ini kemudian diprotes oleh masyarakat di abad ke-20 karena menganggap tradisi ini mubazir. (*)