Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Kasus meninggalnya Gilang Endi, mahasiswa UNS yang meninggal saat diklat Menwa memang menghebohkan publik.
Baru-baru ini, polisi mengungkap dugaan penyebab meninggalnya Gilang Endi.
Seperti yang diberitakan Grid.ID sebelumnya, jenazah Gilang diautopsi pada Senin (25/10/2021) lalu.
Dikutip dari Kompas.com pada Minggu (31/10/2021), Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy menjelaskan bahwa Gilang meninggal dunia diduga karena mengalami kekerasan.
Dirinya menyebutkan bahwa ada beberapa pukulan di bagian kepala Gilang.
"Korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala," jelasnya.
Namun, baru-baru ini, seorang netizen yang diduga mantan anggota Menwa UNS mendadak mengungkap hal mengejutkan.
Melalui akun Twitter @putri_yudianti, ia mengungkap bahwa kasus meninggalnya mahasiswa UNS saat diklat Menwa bukanlah kali pertama terjadi.
Pemilik akun tersebut menuliskan bahwa hal serupa pernah terjadi pada tahun 2013 silam.
"Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk speak up di twitter. Tragedi Gilang bukanlah yang pertama kali terjadi. Mohon maaf kalau dalam thread ini ceritanya belepotan, aku enggak pintar story telling," tulisnya.
"Tahun 2013 juga pernah ada korban meninggal. Tapi enggak ada tindak lanjut ke ranah hukum karena keluarga sudah mengikhlaskan, enggak ada tindakan autopsi, dan pihak kampus minta diselesaikan secara kekeluargaan tanpa ribut-ribut. Semua pihak diminta bungkam supaya enggak tercium media," jelasnya.
Dirinya juga mengaku menjadi salah satu peserta diklat menwa saat itu.
"Karena ini kan lingkungan kampus, bukan lingkungan akademi militer, ya aku pikir enggak akan ada tindak kekerasan. Sayang, faktanya enggak seindah pemikiranku. Kenyataan di lapangan bagaikan di NERAKA. Total 3 minggu diklat PGP. Aku bakalan ceritain kekerasan apa aja yg aku alami," tulisnya.
Dalam diklat tersebut, ia menuliskan bahwa seluruh peserta harus berjalan dari Kecamatan Tawangmangu hingga kampus UNS.
Ia menyebutka, satu temannya yang bernama Rochim Haritsah sempat mengeluh sakit hingga diare saat kegiatan tersebut.
"Jam 3 atau 4 subuh sampai di bonbin Jurug, tragedi besar dimulai. Teman seangkatanku bernama Rochim Haritsah, udah mengeluh sakit sejak 2 atau sehari sebelum long march. Keluhannya muntah-muntah dan diare akut. Udah diobatin panitia tapi enggak sembuh," ungkapnya.
Namun, menurut pengakuannya, Rochim langsung tak sadarkan diri saat berjalan sampai di dekat kampus UNS.
Bahkan, Rochim dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan sepeda motor.
"Sekitar jam 9 atau 10, peserta baru dikasih tahu kalau ternyata Rochim meninggal, tangis kesedihan langsung pecah, kita enggak nyangka banget, temen yang selama 3 minggu susah seneng bareng harus berakhir seperti itu," jelasnya.
Menurut pemilik akun tersebut, seluruh peserta diklat diminta untuk menutup rapat-rapat mengenai meninggalnya Rochim.
"Ketika itu kita bener-bener diwanti-wanti untuk diam. Enggak boleh cerita ke siapapun tentang semua yang terjadi selama diklat. Kalau ada yg tanya tentang desas desus Rochim disuruh diam. Pada saat itu sebagai junior cuma bisa pasrah dan manut," lanjutnya.
(*)