Laporan Wartawan Grid.ID, Hana Futari
Grid.ID - Penyakit kanker nasofaring mendadak sering terdengar lantaran tokoh ulama Ustaz Arifin Ilham mengidap kondisi tersebut sebelum akhirnya meninggal dunia.
Ternyata, salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia bisa menjadi penyebab dari penyakit mematikan tersebut.
Dikutip Grid.ID dari Intisari-online.com, di Indonesia kanker nasofaring merupakan penyakit yang menempati peringkat keempat terbanyak dari seluruh penyakit ganas lainnya.
Perbandingan kasus kanker nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus per 100.000 penduduk.
Seperti dikutip dari Kompas.com, di RSCM tercatat rata-rata 100 kasus baru karsinoma nasofaring per tahun.
Kemudian di RS kanker Dharmais, sebanyak 70 kasus baru per tahun.
Sementara itu di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 60 kasus baru per tahun.
Baca Juga: Mengenal Gejala Kanker Nasofaring yang Pernah Diderita Kim Woo Bin
Dari kasus tersebut, ditemukan bahwa pria memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker nasofaring dibandingkan wanita.
"Angka kasus pada pria 2,18 kali lebih tinggi daripada perempuan," jelas dokter spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit kanker Dharmais, Budianto Komari.
Meskipun penyebab kanker nasofaring bisa terjadi lantaran beberapa faktor, namun salah satu yang diketahui adalah makanan.
Sayangnya, salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia, yaitu ikan asin, menjadi faktor pemicu kanker.
Penelitian ikan asin sebagai makanan pemicu kanker sudah diteliti sejak lama.
Dikutip situs NCBI, bahkan pada tahun 60 dan 70-an sempat diadakan penelitian kaitan konsumsi ikan asin pada kejadian kanker nasofaring atau kanker tenggorokan.
Sebabnya, dalam masyarakat yang kasus penderita kanker nasofaring tinggi, ditemukan fakta bahwa mereka hobi makan asin setiap hari.
Risiko ini diperparah apabila seseorang mengonsumsi ikan asin sejak kecil.
Mulai usia anak mendapatkan MPASI sampai usia 10 tahun, dibandingkan dengan seseorang yang mengonsumsinya di usia 45 tahun ke atas.
Setelah itu, berbagai penelitian pun berkembang di beberapa negara dan semakin menguatkan, ikan asin memperbesar peluang terjadinya kanker tenggorokan atau kanker nasofaring.
Sementara itu, dikutip Grid.ID dari Nakita.id, zat bernama nitrosamine yang menjadi penyebab dari kanker nasofaring.
Nitrosamin (nitrosamine) adalah senyawa karsinogenik (penyebab kanker) yang terdapat pada makanan yang diawetkan oleh nitrit.
Nitrit sering digunakan untuk mengawetkan daging, ikan dan keju agar bakteri pembusuk tidak dapat berkembangbiak.
Zat ini juga terdapat pada ikan asin yang telah diawetkan lewat proses penggaraman dan penyinaran sinar matahari dalam waktu lama.
Bila zat ini masuk ke dalam lambung, ditambah dengan adanya kandungan garam yang sangat tinggi, dikhawatirkan akan memicu pertumbuhan sel abnormal di bagian tenggorokan yang akhirnya bisa berubah menjadi kanker.
Terlebih, kandungan nitrosamine ini ternyata berisiko membuat seseorang lebih rentan terpapar virus Epstein-barr (EBV) yang merupakan pemicu utama dari kanker tenggorokan.
Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebut kandungan nitrosamine sebagai salah satu zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker.
Akan tetapi risiko ikan asin memicu kanker tergantung pada pengolahannya, seperti seberapa banyak garam yang digunakan, berapa lama disinari, hingga kondisi tempat penyimpanan ikan tersebut.
Akan tetapi, konsumen tak tahu pasti mengenai proses pengolahan ikan asin yang mereka konsumsi.
Oleh sebab itu, sebaiknya batasi mengonsumsi ikan asin demi meminimalisir risiko kanker nasofaring.
Sebaiknya, masyarakat lebih sering mengonsumsi ikan segar yang dapat memberi manfaat kesehatan bagi tubuh.
(*)