Ia pun melakukan berbagai tes soal kesehatannya itu karena sudah berminggu-minggu minum obat namun tak sembuh juga.
"Setelah mempertimbangkan malaria, gangguan autoimun, dan banyak tes lainnya, rontgen dada menunjukkan apa yang mereka rasakan adalah pneumonia ringan di bagian bawah paru-paru kiri saya. Setelah menggunakan dua antibiotik selama 48 jam, demamnya masih melonjak hingga 104, jadi saya pergi ke UGD pada pagi hari saat Natal," ujarnya.
Hingga akhirnya ia pun melakukan CT scan pada paru-parunya dan terkejut mendapati hasilnya.
"Paru-paru yang sehat pada pemindaian harusnya berwarna hitam. Paru-paru saya yang berusia 19 tahun benar-benar berkabut dan putih di pemindaian, seluruhnya menutupi kedua paru-paru. Saya dibawa dengan ambulans untuk dirawat di perawatan yang lebih intensif," tambahnya.
"Setelah melakukan lebih banyak tes dan bronkoskopi, ditentukan bahwa tidak ada infeksi dan jaringan paru-paru saya benar-benar hancur karena menggunakan juul, vape, dan oil cartridges," ungkapnya.
Merasa sudah diambang batas, Claire pun mengingatkan semua orang bahwa yang dialaminya adalah nyata.
Baca Juga: Biadab! Cabuli Anak Tiri hingga Hamil, Pelaku Perdaya Korban dengan Janji Belikan Vape
"Dalam hal ini, saya kemungkinan besar akan MATI dalam bulan berikutnya.Silakan ambil dari pengalaman pribadi bahwa ini BUKAN layak dari sesuatu yang sebodoh perangkat nikotin. Cerita yang Anda dengar secara online ini NYATA. Kematian adalah kemungkinan yang SANGAT nyata, saya masih dirawat di rumah sakit pada daftar cucian obat-obatan iv dan steroid, saya mungkin memiliki jaringan parut permanen di paru-paru saya, dan itu semua karena juul dan carts," pungkasnya pada unggahan 30 Desember 2019.
Hingga pada 5 Januari 2020, Claire kembali membagikan cerita tentang penyakitnya.
Ia memberikan bukti nyata hasil scan paru-parunya yang telah rusak.
Gadis yang bersekolah di The Culinary Institute of America ini pun menunjukkan perbedaan paru-paru sehat dan paru-paru miliknya yang sudah rusak parah.