Find Us On Social Media :

Cegah Varian Baru Virus Corona Masuk Indonesia, Ini Sejumlah Langkah Pemerintah

By Nana Triana, Jumat, 5 November 2021 | 16:31 WIB

Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Kamis (4/11/2021)

Grid.ID – Saat ini, Indonesia sudah kembali membuka pintu untuk pendatang dari luar negeri secara terbatas. Selain itu, seiring dengan penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air, aktivitas di ruang publik dan wisata pun kembali diperbolehkan.

Situasi pandemi di Indonesia terbilang kondusif. Namun, di sisi lain, langkah antisipasi perlu dilakukan untuk mencegah masuknya varian baru virus corona yang ditemukan di sejumlah negara.  

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah menyiapkan dua langkah antisipasi. Pertama, pengetatan “pintu masuk” ke Indonesia. Kedua, percepatan vaksinasi.

“Munculnya varian baru bisa melalui dua cara, yakni dibawa pelaku perjalanan dan melalui mutasi,” ujarnya dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPC PEN, menurut keterangan tertulis, Jumat (5/11/2021).

Pada langkah pertama, kata Nadia, pendatang dari luar negeri diwajibkan sudah menerima vaksin dengan dosis lengkap minimal 14 hari sebelum keberangkatan. Selain itu, pendatang juga wajib menunjukkan hasil negatif tes swab polymerase chain reaction (PCR) yang diambil maksimal 3x24 jam sebelum keberangkatan.

Baca Juga: Berkerumun hingga Tak Pakai Masker, Publik Geram dengan Perayaan Halloween Ini yang Digelar di Tengah Masa Pandemi Covid-19

Setibanya di Indonesia, pendatang juga diwajibkan untuk karantina selama tiga hari. Pada hari pertama akan dilakukan entry test. Setelah masa karantina selesai, pendatang diwajibkan melakukan exit test.

“Indonesia juga membatasi negara yang warganya bisa masuk ke Indonesia, yaitu hanya negara Level 1 dan 2 dengan tingkat positivity rate 5 persen,” jelas Nadia.

Di dalam negeri, lanjut Nadia, percepatan vaksinasi dan pemantauan terus dilakukan untuk mencegah perkembangan virus.

Saat ini, menurut Nadia, sudah hampir 200 juta dosis vaksin disuntikkan di Indonesia dengan cakupan sekitar 57 persen dari sasaran vaksinasi. Namun, cakupan itu belum cukup karena menurut syarat terciptanya herd immunity diperlukan 70 persen populasi tervaksinasi. Tantangan lainnya, target vaksinasi di kelompok rentan masih belum tercapai.

Menurut Nadia, literasi vaksinasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan, terutama untuk memenuhi rencana Covid-19 akan turun level menjadi endemi.

“Upaya pengendalian pandemi butuh kepatuhan, dukungan, kesadaran masyarakat. Kebijakan gas dan rem, yaitu membuka dan mengetatkan peraturan diberlakukan di banyak negara dengan kearifan lokal masing-masing negara, tidak hanya di Indonesia. Jadi, upaya yang dilakukan adalah upaya bersama,” ujarnya.

Jangan hanya berfokus pada herd immunity

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan bahwa herd immunity sebaiknya tidak menjadi satu-satunya fokus saat ini.

Baca Juga: Masih Pandemi Covid-19, Ria Ricis dan Teuku Ryan Minta Maaf Tak Banyak Undang Tamu Pernikahan

“Kita tidak boleh fokus hanya pada herd immunity karena meski sudah tinggi dan vaksinasi sudah baik, tapi masih memungkinkan terinfeksi,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, herd immunity di masing-masing wilayah Indonesia bervariasi Dengan capaian yang baik di Jawa Bali, harus tetap ditingkatkan hingga mencapai 70 persen di akhir tahun.

Ia juga mengatakan, penting bagi setiap negara untuk mencegah penyebaran varian baru antarnegara. Varian-varian pertama harus lebih diwaspadai. Karena setelah masuk dan menginfeksi, virus varian baru bisa melemah atau bahkan bermutasi lagi dalam kurun 8-14 hari.

“Selain pengetatan pintu masuk, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah memperbanyak sequencing pada pelaku perjalanan terutama yang berasal dari negara-negara yang terinfeksi berat,” kata Masdalina.

Mencontoh warga Inggris

Terkait kesadaran adaptasi kebiasaan baru dan hidup berdampingan dengan Covid-19, sportcaster Aldi Bawazier, yang saat ini tinggal di Inggris, menceritakan bagaimana praktik di negara tersebut.

Masyarakat Inggris, kata Aldi, dengan sadar melakukan upaya perlindungan kesehatan seperti vaksinasi serta mengenakan masker dalam ruangan, transportasi publik, dan ruang publik.

Baca Juga: Siap-siap, Prokes Akan Jadi Budaya Hidup Baru Masyarakat Ke Depan

“Yang dipentingkan adalah masyarakat fully aware (sadar penuh) dan fully vaccinated (tervaksin lengkap),” ujar Aldi.

Menambahkan Aldi, MA Kevin Bryce, warga Inggris yang ikut serta dalam dialog mengatakan bahwa saat ini vaksinasi booster sudah diberikan kepada warga lansia. Warga Inggris juga sadar bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir dan kemungkinan varian baru muncul tetap ada.

“Meski saat ini sudah dilakukan pelonggaran, namun bila terjadi lonjakan kasus yang dinilai berbahaya maka pengetatan aturan seperti wajib masker dan kebijakan bekerja dari rumah akan kembali diterapkan,” katanya.