Selain itu, ia menilai kecerdasan Nasaruddin tidak dapat ditandingi oleh kehebatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan melalui robot.
"Coba bikin satu robot yang menandingi kecerdasan Profesor Nasaruddin saya ragukan mereka tidak berhasil," kata dia.
Selain itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar meluncurkan lima buku yang mengangkat sifat sufistik atau ilmu tasawuf.
Buku-buku ini dinilai dapat menyejukkan suasana bangsa di tengah kondisi politik yang mulai memanas.
“Menjelang pemilu yang akan datang kita perlu penyejukan. Bagaimana menyejukkan warga bangsa itu perlu sentuhan sufistik, perlu ada sentuhan spritual,” ujar Nasaruddin usai peluncuran buku di Grand Sahid Jaya.
Nasaruddin menjelaskan, bahwa kelima buku itu juga menonjolkan tema feminim.
Buku-buku kali ini berbeda dengan sebelumnya yang lebih mengangkat masalah politik hingga antropologi.
Dia berharap karyanya dapat memberikan keseimbangan antara konsumsi otak dan batin.
Sebab, bangsa yang utuh memberikan tempat bagi kepala dan hati untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
"Kita jangan tumpah ruah tentang persoalan maskulin, persoalan politik, persoalan-persoalan kekinian, tapi kita harus menengok daripada kita sendiri, who am i? Siapa diri kita sebetulnya? Mau ke mana? Penyadaran warga bangsa bahwa hidup ini ada batasnya ada kehidupan setelah mati,” papar dia.
Nasaruddin menilai dengan mengetahui pribadi masing-masing melalui sufistik akan mewujudkan iklim politik santun hingga sistem ekonomi luhur.