Find Us On Social Media :

Peneliti Beberkan Perbedaan Perilaku Orang yang Belum dan Sudah Divaksin Covid-19, Hasilnya Bikin Melongo!

By Devi Agustiana, Senin, 15 November 2021 | 16:48 WIB

Tetap patuhi protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi demi mencegah gelombang 3 Covid-19.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Banyak masyarakat Indonesia sudah melakukan vaksinasi sebagain bentuk pencegahan Covid-19.

Akan tetapi, ada fakta mencengangkan terhadap perbedaan perilaku antara orang yang sudah divaksin dengan yang belum.

Ternyata orang Indonesia yang belum atau tidak mau divaksin memiliki skor perilaku pencegahan Covid-19 lebih jelek dibanding orang yang sudah di vaksin.

Hasil ini dari penelitian Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Founder dan Chairman Health Collaborative Center (CHH) bersama tim peneliti dr. Levina Chandra Khoe, MPH dan Qisty.

Fakta tersebut menjadi tamparan keras bagi kita semua akan kewaspadaan gelombang 3 Covid-19.

Adapun penelitian yang dilakukan Ray Wagiu Basrowi menilai skor perilaku pencegahan responden.

Hasilnya, responden yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki skor Covid-19 Prevention Behaviour Index (CPBI Scoring) tinggi.

Baca Juga: Catat! 10 Syarat Ibu Hamil yang Boleh Menerima Vaksin Covid-19, Usia Kehamilan Harus di Atas 13 Minggu

Begitupun dengan responden yang anggota keluarganya pernah terinfeksi Covid-19 atau pernah kontak erat dengan penderita terkonfirmasi Covid-19, memiliki skor CPBI relatif tinggi.

“Artinya adalah, pengalaman sebagai penyintas Covid-19, atau pernah kontak erat atau pengalaman menyaksikan anggota keluarga pernah menderita Covid-19 menjadikan responden lebih baik dan ketat dalam melakukan perilaku pencegahan Covid-19.

“Dari interpretasi analisis ini, kami menyimpulkan bahwa para penyintas atau orang yang pernah pengalaman kontak erat dan keluarganya pernah Covid-19, mereka kemudian akan lebih taat prokes.” kata Ray Wagiu Basrowi dalam acara virtual yag Grid.ID ikuti, Senin (15/11/2021)

Oleh karena itu, diharapkan pencapaian target cakupan vaksinasi harus tinggi.

Sebab kalau masih ada kelompok masyarakat yang tidak mendapat akses vaksin, tidak percaya vaksin, dan menolak divaksin, perilaku kesehatannya akan memburuk dan berpotensi menjadi agen transmisi.

Selain itu, edukasi terhadap vaksin juga harus terus dipromosikan agar mempengaruhi mindset orang tentang vaksin.

(*)