Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Hati ibu mana yang tak hancur saat tahu putri kecilnya menjadi korban pemerkosaan.
Dilansir Grid.ID dari Tribunbogor.com pada Minggu (21/11/2021), sang ibu mengetahui bahwa sang putri menjadi korban pemerkosaan karena keluhan sang anak.
ST, sang putri, mengeluh bahwa perutnya sakit kepada SLM, ibunya.
Saat itulah, ST menceritakan semua perbuatan bejat tetangganya.
Sang ibu pun tahu putrinya yang baru berusia 12 tahun itu kini sedang hamil 8 minggu.
"Setelah ibu korban menanyakan ke korban, ternyata korban mengaku beberapa kali disetubuhi oleh AS, tetangganya sendiri," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Kompol Mirzal Maulana.
Rupanya, ST yang bermain di sekitar rumah pelaku yang berinisial AS.
AS pun melayangkan bujuk rayu dengan mengatakan bahwa ia jatuh cinta dengan ST.
ST yang belum paham dengan ucapan AS pun dipaksa pelaku melayani nafsu bejatnya.
ST dipaksa duduk di atas tubuhnya AS dengan menyingkap rok dan pakaian korban.
"Aksi itu dilakukan dua kali pengakuannya. Di rumah pelaku dan di sekitar makam, lingkungan pelaku," ungkap Mirzal.
Akibat perbuatannya itu, AS kini mendekam di tahanan Mapolrestabes Surabaya.
Melansir Antaranews.com, Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dicky Pelupessy menjelaskan bahwa korban yang mengalami pelecehan seksual bisa mengalami trauma.
Buruknya, trauma akibat pelecehan seksual tak dapat diketahui kapan akan sembuh.
Hilangnya trauma akibat pelecehan seksual juga bergantung pada apakah korban sudah mengikhlaskan kejadian tersebut atau memaafkan pelaku.
Menyembuhkan luka batin dan trauma akibat pelecehan seksual itu tak berbatas waktu dan bisa saja terjadi sepanjang usia.
"Munculnya luka itu, konsepnya kita tidak akan pernah bisa pastikan, kalau kita jatuh, langsung terlihat lukanya," tutur Dicky.
"Tapi trauma kita terhadap jatuh? Itu munculnya mungkin tidak sekarang, munculnya bisa pekan depan, bulan depan atau tahun depan tergantung seberapa traumatik peristiwa itu,” sambungnya.
Dicky pun menambahkan bahwa trauma akan pelecehan seksual merrenggut rasa percaya diri, rasa aman, hingga rasa percaya korban terhadap orang lain.
Orang tua haruslah terus memberikan pendampingan dna jangan sampai menyalahkan anak atas peristiwa itu.
"Yang dapat pendampingan saja itu tidak mudah untuk bisa pulih, apalagi kalau kita temukan dia yang tidak memiliki kemungkinan (untuk didampingi),” ujar Dicky.
(*)