Meski demikian, Kemenkominfo sudah melakukan pemutusan akses terhadap 5.031 unggahan dan menindaklanjuti 131 unggahan lainnya.
Selain itu, ditemukan hoaks tentang vaksinasi Covid-19 sebanyak 395 isu hoaks pada 2.449 unggahan media sosial. Facebook masih menjadi platform dengan isu terbanyak, yakni 2.257 unggahan. Namun, Kemenkominfo sudah melakukan pemutusan akses terhadap 2.449 unggahan.
Sedangkan untuk hoaks tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), ditemukan sebanyak 48 isu pada 1.194 unggahan media sosial. Lagi, Facebook menjadi platform dengan isu hoaks terbanyak dengan 1.176 unggahan. Sebanyak 1.038 hoaks sudah dihapus sementara 156 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
Baca Juga: Berakting di Film Vidkill, Dikta Akui Kaget Dapat Tantangan Baru: Konsep Beda
Namun, kata Dedy, pertambahan isu hoaks dan sebaran konten hoaks di media sosial minggu ini tidak melebihi angka minggu lalu.
“Secara keseluruhan, di minggu ini terdapat total 13 pertambahan isu di 82 unggahan hoaks Covid-19, vaksinasi Covid-19, dan PPKM. Semetara di minggu yang lalu, terdapat total 16 pertambahan isu di 86 unggahan hoaks,” jelas Dedy.
Dari 16 isu hoaks seputar COVID-19 selama seminggu terakhir, Dedy menyebutkan beberapa contoh hoaks yang perlu ditangkal bersama.
Pertama, hoaks yang menyebut bahwa CEO vaksin merk Pfizer ditangkap agen FBI karena penipuan dan pemalsuan data vaksin. Hoaks tersebut diidentifikasi pada 18 November 2021.
Kedua, pada 19 November 2021 ditemukan hoaks tentang aliansi dokter dunia yang menyatakan bahwa varian Delta dari India tidak ada.
Ketiga, disinformasi pada 20 November 2021 yang menyatakan bahwa anggota Parlemen Austria meninggal dunia setelah divaksin Covid-19. Kemudian pada 22 November 2021, ditemukan hoaks tentang klaim vaksin Pfizer digunakan untuk melacak manusia di seluruh dunia.
Terakhir, pada 24 November 2021 ditemukan hoaks yang menyebutkan bahwa ramuan soda kue, garam epsom, boraks, dan tanah liat bentonit dapat menghilangkan kandungan vaksin Covid-19.
Dedy menegaskan, persebaran hoaks menjadi salah satu kendala besar dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjadi generasi cerdas dalam menghadapi hoaks dan tantangan dunia ke depan.
“Mari kita dukung penanganan pandemi ini dengan tidak membuat dan menyebarkan hoaks. Bersama-sama kita lakukan literasi digital, tetap menjalankan prosedur kesehatan saat beraktivitas, melakukan vaksinasi, dan tekan risiko persebaran Covid-19,” ujar Dedy.