Find Us On Social Media :

Bencana Alam Rentan Timbulkan Cluster Covid-19, Pemda Siapkan Langkah Antisipasi

By Fathia Yasmine, Minggu, 28 November 2021 | 15:37 WIB

Dialog Media Produktif Forum Merdeka Barat 9 “Siaga Bencana ketika Pandemi”

Grid.ID - Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk siap siaga dengan risiko bencana alam di tengah musim penghujan.

Pasalnya, apabila terjadi bencana alam, proses evakuasi dan pengungsian dapat memicu terjadinya klaster penularan Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Fachri dalam Dialog Produktif Forum Merdeka Barat 9 “Siaga Bencana ketika Pandemi” yang diselenggarakan KPC PEN, Jumat (26/11/2021).

Pada dialog tersebut, Fachri menjelaskan bahwa berbagai wilayah di Indonesia sudah memasuki periode musim penghujan. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

Baca Juga: Dinilai Bikin Riweuh Gegara Perebutan Hak Asuh dan Warisan Vanessa Angel, Doddy Sudrajat Langsung Diperingatkan Sosok Peramal Kondang Ini: Makanya, Jadilah Ortu...

“Saat ini, semua zona sudah masuk (musim hujan) tetapi belum mencapai puncaknya. Diperkirakan puncaknya nanti Januari-Februari 2022,” kata Fachri. 

Kenaikan curah hujan, lanjutnya, diperkirakan akan terjadi pada April 2021. BMKG memperkirakan sejumlah wilayah di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi mengalami peningkatan curah hujan 20-70 persen akibat fenomena La Nina.

Peningkatan curah hujan tersebut, katanya, dapat memicu terjadinya banjir, banjir bandang, dan longsor. 

Ia pun mengingatkan bahwa kewaspadaan bencana harus tetap dimiliki setiap saat. Ini mengingat bencana hidrometeorologi memiliki potensi terjadi sepanjang tahun.

Baca Juga: Hubungan Keluarga Mendiang Bibi Ardiansyah dan Vanessa Angel Kian Memanas, Kak Seto Khawatirkan Perkembangan Gala Sky hingga Beri Peringatan Ini

“Masuk peralihan musim, potensinya puting beliung, hujan lebat, bahkan hujan es,” paparnya.

Mengingat virus corona rentan menjangkiti siapa saja, ia mengimbau agar masyarakat dan pemerintah tetap menjaga protokol kesehatan dalam setiap kegiatan yang dilakukan di lapangan.

“Protokol kesehatan harus tetap dijaga dalam setiap tindakan karena rentan menimbulkan kerumunan dan klaster penularan,” pungkasnya.

Langkah mitigasi bencana

Bupati Bojonegoro Anna Mu'awanah yang turut hadir sebagai narasumber ikut mengungkapkan kesiapannya dalam menghadapi potensi bencana. Ia mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah badan pemerintahan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Baca Juga: Setahun Tak Keluar Rumah, Terduga ODGJ Menikam 5 Warga hingga Meninggal Dunia, Begini Kronologinya

Koordinasi serupa juga dilakukan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial Kabupaten Bojonegoro, serta organisasi kemasyarakatan (ormas) dan organisasi kepemudaan.

“Tak kalah penting, TNI dan Polri, Pemadam Kebakaran (Damkar) yang kini punya tugas kebencanaan, serta Linmas. Personel yang disiapkan tentunya disesuaikan dengan skala bencana,” katanya.

Terkait sosialisasi kepada masyarakat, Anna menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab)  Bojonegoro mengombinasikan metode tatap muka dan saluran digital. Pihaknya juga terus mendorong capaian vaksinasi bagi kelompok lanjut usia (lansia) melalui pembinaan di tingkat RT dan RW.

“Per hari ini, total vaksinasi dengan sistem integrasi 42,7 persen. Kalau nonintegrasi masih tambah 3 persen yang mungkin kita anggap saja tidak bisa dimutakhirkan," ujar Anna.

Baca Juga: Sudah Tiga Hari Sejak Nagita Slavina Melahirkan, Nama Anak Kedua Raffi Ahmad Masih Menjadi Misteri, Mama Amy Akhirnya Buka Suara

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Achmad Rizwan yang juga hadir dalam dialog tersebut mengatakan hal serupa.

Menurutnya, pemerintah Sumsel telah melakukan koordinasi dan sosialisasi secara simultan sejak awal 2021.

“Saya kira sama dengan Bojonegoro, kami sudah bersiap-siap. Sebab, Sumsel ini unik. Di satu sisi, saat musim hujan potensi banjir bisa terjadi. Saat musim kemarau, bisa terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ditambah lagi ini pandemi Covid-19,” katanya.

Mengingat wilayah Sumsel memiliki kondisi geografis yang beragam, pihaknya juga sudah menyiapkan alat berat di setiap titik rawan bencana untuk memudahkan proses mitigasi seperti longsor dan banjir.

Baca Juga: Rizky Billar dan Lesti Kejora Berdebat Hebat hingga Lakukan Hal Tak Terduga karena Masalah Ini, Sang Biduan Sampai Dibikin Kesal: Kenapa Sih Gak Mau Turutin Kemauan Istri

Untuk musim hujan, sejumlah posko penanganan bencana dan pembuatan tanggul sudah dipersiapkan. Tidak hanya itu, sosialisasi penanganan bencana di masa pandemi pun terus dilakukan.

“Setiap kegiatan, tidak hanya penanganan bencana, kami gencarkan untuk protokol 5M. Kemudian juga percepatan vaksinasi. Untuk kasus Covid-19, alhamdulillah di masyarakat saat ini tren cukup landai. Tidak jarang kami menerima konfirmasi nol kasus,” jelas Achmad.

Terkait capaian vaksinasi Covid-19, Sumsel saat ini sudah memiliki capaian 54,32 persen dosis pertama dan 31,54 persen dosis kedua.