Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Sungguh biadab perbuatan ayah berinisial MS (42) ini.
Dilansir Grid.ID dari Tribunbogor.com pada Senin (29/11/2021), MS telah memperkosa anak kandungnya sendiri sejak 2009.
Ia melakukannya aksi keji berupa pemerkosaan saat rumah sedang sepi.
MS minta dilayani nafsu bejatnya selama dua hingga tiga kali seminggu sejak Agustus 2021 yang membuat alat kelamin korban luka.
Setiap usai melakukan perbuatan amoralnya, MS memberikan uang Rp 10 ribu.
"Setelah itu, korban diancam untuk tidak bercerita kepada siapa pun. Dia juga memberi uang kisaran Rp 10.000," kata Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana.
Ibu korban yang pernah memergoki perbuatan bejat sang suami tapi tak bisa melakukan apapun karena MS malah melakukan KDRT.
"Istrinya dipukuli sehingga takut. Selain itu juga diancam tidak diberi uang," kata kata Kasat Reskrim Polres Salatiga AKP Nanung Nugroho Indaryanto.
Kasus ini pun diketahui oleh pihak sekolah dan gurunya yang kemudian melaporkan MS ke polisi.
Korban diketahui mencoba bunuh diri hingga tiga kali saat di sekolah.
Kasus ini kini sudah sampai ke tahap penyerahan ke jaksa penuntut umum.
"Penyerahan berkas tahap 1 sudah kita lakukan kemarin. Jika tidak ada kendala, selanjutnya nanti penyerahan tahap 2, yakni penyerahan tersangka dan barang bukti," kata Nanung Nugroho.
MS mengaku alasannya melakukan tindakan bejat itu lantaran sang istri tidak melayaninya.
"Dia ada masalah sama istrinya, tidak pernah dilayani lalu dilampiaskan ke anak. Dan kejadian itu sudah berlangsung bertahun-tahun," kata Indra Mardiana.
Kini korban dalam pemulihan fisik dan psikis.
Melansir Antaranews.com, Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dicky Pelupessy menjelaskan bahwa trauma akibat pelecehan seksual tak dapat diketahui kapan akan sembuh.
Hilangnya trauma akibat pelecehan seksual juga bergantung pada apakah korban sudah mengikhlaskan kejadian tersebut atau memaafkan pelaku.
Menyembuhkan luka batin dan trauma akibat pelecehan seksual itu tak berbatas waktu dan bisa saja terjadi sepanjang usia.
"Munculnya luka itu, konsepnya kita tidak akan pernah bisa pastikan, kalau kita jatuh, langsung terlihat lukanya," tutur Dicky.
"Tapi trauma kita terhadap jatuh? Itu munculnya mungkin tidak sekarang, munculnya bisa pekan depan, bulan depan atau tahun depan tergantung seberapa traumatik peristiwa itu,” sambungnya.
Dicky pun menambahkan bahwa trauma akan pelecehan seksual merenggut rasa percaya diri, rasa aman, hingga rasa percaya korban terhadap orang lain.
Orang tua haruslah terus memberikan pendampingan dna jangan sampai menyalahkan anak atas peristiwa itu.
"Yang dapat pendampingan saja itu tidak mudah untuk bisa pulih, apalagi kalau kita temukan dia yang tidak memiliki kemungkinan (untuk didampingi),” ujar Dicky.
(*)